ABSTRACT: The case of brawl frequently occurred between groups of student in
Makassar during the late ten years showed the existence of unresolved intergroup
conflict and resentment feeling continuously inherited. The aim of this
study is to find out a comprehensive picture of brawl behavior between groups of
student in Makassar, particularly on the triggers and latent causes of brawl and
the dynamics of revenge and forgiveness in conflict between groups of student in
Makassar. Subjects of the study were six actors involved in student brawl mostly
frequent occurred between the groups of student from both Faculty of
Engineering and Faculty of Languages and Art at the State University of
Makassar. Data were collected through interview and observation, while the data
collected were analyzed with other sources of data such as polices, witnesses for
brawl, and both printed- and electronic-media news using a triangulation
technique.
Result of the study shows that the triggers of brawl between groups of
student were issues or negative rumors on the behaviors of opponent group,
prejudices on other group when unpleasant things were referred to the related
group, violence to one of the group members, and the destruction of a member’s
property. Meanwhile, the latent causes of brawl between groups of student were
strong group identity, a wrong understanding of Siri na Pacce culture, revenge,
and the low level of forgiveness. Resentment feeling continuously flamed,
because a brawl incident frequently aroused subjective elements in a longer
period of time than objective ones and caused new conflict. Revenge was based
on doctrine committed during orientation days and forgiveness usually impeded
the betrayal feeling of their groups.
INTISARI: Kasus tawuran antar kelompok mahasiswa di Makassar yang terjadi
secara berulang dalam kurun waktu 10 tahun terakhir menunjukkan adanya
konflik antar kelompok yang belum terselesaikan, dan perasaan dendam yang
terus diwariskan. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mendapatkan gambaran
yang utuh tentang perilaku tawuran antar mahasiswa di Makassar khususnya
apa pemicu dan penyebab laten tawuran, serta bagaimana dinamika dendam
dan pemaafan dalam konflik antar kelompok mahasiswa di Makassar.
Subjek dalam penelitian ini adalah 6 orang mahasiswa pelaku tawuran
dari kedua kelompok yang paling sering bentrok yaitu Fakultas Teknik dan
Fakultas Bahasa di Universitas Negeri Makassar, metode pengumpulan data
yang digunakan adalah wawancara dan observasi kemudian dilakukan
triangulasi dengan sumber data yang lain seperti pihak kepolisian, saksi tawuran,
dan berita baik dari media cetak maupun media elektronik
Hasil penelitian menunjukan pencetus tawuran adalah issu atau rumor
negatif tentang perilaku kelompok lawan, prasangka tentang pihak lawan
ketikaterjadi hal yang tidak menyenangkan pada kelompoknya., kekerasan pada
salah satu anggota kelompok dan perusakan salah satu barang milik kelompok.
Penyebab laten tawuran adalah kuatnya identitas kelompok yang menyebabkan
setiap perlakuan buruk pada anggota kelompok dianggap sebagai ancaman bagi
kelompok, Pemaknaan budaya Siri na Pacce yang salah, dendam dan gagalnya
usaha-usaha pemaafan.
Perasaan dendam terus ada karena peristiwa tawuran menimbulkan
elemen-elemen subyektif yang sudah tidak relevan dengan penyebab konflik
(elemen obyektif) itu sendiri. Elemen subyektif bisanya bertahan lebih lama,
dibandingkan elemen obyektif dan sering menjadi penyebab timbulnya konflik
berikutnya, sebab lain karena tindakan pembalasan dianggap berlebihan oleh
korban sehingga korban akan kembali membalas demikian seterusnya.Dendam
diwariskan melalui doktrin saat Penyambutan mahasiswa baru, dan kegiatankegiatan
kemhasiswaan, juga dengan pengalaman langsung para mahasiswa
baru ketika menyaksikan dan terlibat dalam tawuran.
Pemaafan biasanya terhalangi karena perasaan menghianati
kelompok ketika ada anggota kelompok yang melakukan pemaafan.dan merasa
bahwa harga diri akan terinjak-injak jika korban memaafkan sementara pelaku
belum mengakui kesalahnnya, belum bersedia berubah dan belum mendapatkan
hukuman yang setimpal.