ABSTRACT: The aimed of this research is to constructing local knowledge of Muluy
People in GLPF utilization and to maintain its sustainibility, and also to obtain
information about its continuity to their next generation.
This research was conducted from September - November 2010 in
Kampong Muluy which is located in Gunung Lumut Protected Forest (GLPF),
Paser District, East Kalimantan Province. The data collection method using
technique of participatory observation, interview without structure, Focus Group
Discussion (FGD) and document study. The analyze method in this research is
phenomenology, an approach that placing awareness of human being and its
subjective meaning as a focus to understand social action.
Result of social construction of local knowledge of Muluy People indicate
that shifting cultivation is their self creation product result of three dialectic
process that is externalization, objectivities and internalization which conduct in
their everyday life. Sipunk as output of shifting cultivation indicate that activity do
not threat sustainability of GLPF on the contrary to increase result of fruits crop,
honey and wild animal hunt that exist in those area.
Although have low education level and limited innovation, Muluy People
still can maintain their local knowledge in utilization of GLPF. Muluy People do
not accept opportunity of community empowering in and around forest which is
given by government through PNPM Mandiri Kehutanan because they wish to
arrange utilization pattern of HLGL according to their self desire and chosen to
fight for confession of adat communities existence from Paser District.
INTISARI: Studi ini bertujuan untuk mengkonstruksikan pengetahuan lokal Masyarakat
Muluy dalam memanfaatkan HLGL dan mempertahankan kelestarian HLGL dan
mendapatkan penjelasan tentang keberlanjutan pengetahuan lokal Masyarakat
Muluy kepada generasi selanjutnya.
Kegiatan penelitian yang dilakukan dari bulan September - Nopember 2010 ini
dilakukan di Kampong Muluy yang terletak di dalam kawasan Hutan Lindung
Gunung Lumut, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Metode pengumpulan data
dilakukan dengan teknik observasi partisipatif, wawancara tidak berstruktur,
Focus Group Discussion (FGD) dan telaah dokumen. Sedangkan metode analisis
dilakukan dengan pendekatan fenomenologi yaitu suatu pendekatan yang
menempatkan kesadaran manusia dan makna subyektifnya sebagai fokus untuk
memahami tindakan sosial
Hasil konstruksi sosial pengetahuan lokal Masyarakat Muluy menunjukkan bahwa
perladangan gilir balik merupakan produk ciptaan sendiri hasil dari tiga proses
dialektis yaitu eksternalisasi, obyektivasi dan internalisasi yang mereka lakukan
dalam kehidupan sehari-hari. Terbangunnya sipunk sebagai output dari
perladangan gilir balik menunjukkan bahwa kegiatan perladangan gilir balik yang
dilakukan oleh Masyarakat Muluy tidak mengancam kelestarian HLGL bahkan
bermanfaat untuk menaikkan hasil panen buah-buahan, madu dan perburuan
satwa liar yang ada di kawasan tersebut.
Meskipun memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan minim inovasi namun
Masyarakat Muluy terbukti mampu mempertahankan pengetahuan lokal dalam
pemanfaatan HLGL yang mereka miliki. Hanya saja Masyarakat Muluy tidak
menerima peluang pemberdayaan masyarakat di dalam dan di sekitar hutan yang
diberikan pemerintah melalui PNPM Mandiri Kehutanan karena ingin mengatur
pola pemanfaatan HLGL sesuai keinginan mereka sendiri dan memilih
memperjuangkan pengakuan keberadaan masyarakat adatnya dari Pemkab Paser.