ABSTRACT :
Most of forest area in the Gorontalo Province has been occupied by
community that makes clear away and cultivation of forest around the
preservation area or preservation forest. From land sat image data in
2005, indicated that from area width ± 826.382 Ha almost 30% was in
apprehensive condition. The impact felt when rains in which the sediment
transports become larger and influenced the water quality at the River
Stream Area. But on the contrary if the heat condition, the dryness felt
the water catching was narrower. A cultivation activity in the forest
area by community around forest is demand to fulfill their life
necessity. The community as ecosystem chains most depends to cultivation
for their means of livelihood. Ironically, the forest area has
depressed and damaged more widely.
The approach concept to solve the
problem is balancing ecological and economical approach. This means the
community prosperous and the forest long lasting forever. This research
aims to observe how cultivation system of the community around the
preservation forest of Damar Mountain and its contribution to income of
the farmer household. The research located in three villages that are
North Dulamayo Village, Malahu Village, dan Biyonga Village which taken
in purpossive sampling with total respondents about 60 households. The
analysis done by calculating income of household with prosperous level
indicators. In general the cultivation community on the three research
location has similarity for working the soil that is clearing away the
forest area through seeking unwaged location, near water source and not
far from their resident. For selecting kind of plant the community
choose the fast cropped and growth plant. The cultivation pattern not
follow the conservation norm ”tumpang sari” so that impacted to
fertility land level and declining for the land productivity. For non
farm enterprises activity (trade, service) it precisely gives
contribution 80 – 90 % from total of farmer income. From the result of
research is known that prosperity level of the farmer in this research
area was relative lower or poor. The effort expected is making program
for social forest at the preservation forest that is utilizing non-wood
forest yield include developing bee industry, cultivation for biopharma
plant and environment merit.
INTISARI :
Di Provinsi Gorontalo sebahagian besar kawasan hutan telah diokupasi
oleh masyarakat sekitar hutan yaitu melakukan kegiatan perambahan hutan
dan perladangan, dan banyak ditemukan pada kawasan lindung atau hutan
lindung. Dari data hasil citralandsat tahun 2005, menunjukan dari luasan
kawasan ± 826.382 Ha hampir 30 % telah mengalami kondisi yang cukup
memprihatinkan. Dampak yang dirasakan adalah bilamana hujan transport
sedimen semakin besar dan berpengaruh pada kualitas air di Daerah Aliran
Sungai. Namun sebaliknya jika kondisi panas maka kekeringan dirasakan
dan cakupan air semakin sempit. Kegiatan perladangan di lahan hutan yang
dilakukaan oleh masyarakat sekitar hutan adalah tuntutan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Komunitas masyarakat yang merupakan rangkaian suatu
ekosistem sangat manggantungkan hidupnya dari berladang dan merupakan
sumber mata pencaharian, namun ironisnya kawasan hutan mengalami tekanan
dan kerusakan semakin meluas. Berbagai konsep pendekatan untuk dapat
mengatasi permasalahan tersebut adalah menyeimbangkan pendekatan
ekologis dan ekonomis. Artinya adalah masyarakat sejahtera dan hutan
tetap lestari. Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana sistem
perladangan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar hutan lindung Gunung
Damar serta kontribusi terhadap pendapatan rumah tangga petani. Lokasi
penelitian ini dilakukan di tiga desa yaitu Desa Dulamayo Utara, Desa
Malahu, dan Desa Biyonga yang ditetapkan secara purpossive sampling
dengan jumlah responden 60 KK. Analisis dilakukan dengan menghitung
pendapatan rumah tangga dengan indikator tingkat kesejahteraan. Secara
umum masyarakat peladang pada tiga lokasi penelitian mempunyai kesamaan
ciri khas dalam bercocok tanam yaitu membuka lahan hutan dengan mencari
lokasi yang tidak bergelombang, dekat sumber air dan tidak jauh dari
tempat tinggal. Untuk pemilihan jenis tanaman masyarakat memilih jenis
yang cepat tumbuh dan cepat dipanen. Pola perladangan tidak mengikuti
kaidah konservasi ”tumpang sari” sehingga berdampak pada tingkat
kesuburan tanah dan produktivitas lahan menurun. Untuk kegiatan non
usaha tani (dagang, jasa) justru memberikan kontribusi 80 – 90 % dari
total pendapatan petani. Dari hasil penelitian diketahui bahwa tingkat
kesejahteraan petani di daerah penelitian relatif rendah yaitu miskin.
Upaya diharapkan adalah membuat program hutan kemasyarakatn di hutan
lindung yaitu pemanfaatan hasil hutan non kayu meliputi pengembangan
perlebahan, budidaya tanaman biofarmaka dan jasa lingkungan.