AUDIT KLINIK PENATALAKSANAAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU, HIV DAN MALARIA FALSIPARUM TANPA KOMPLIKASI DI RSUD BIAK, PUSKESMAS BIAK KOTA, SUMBER KER DAN YENDIDORI KABUPATEN BIAK NUMFOR PROVINSI PAPUA


ABSTRACT: Background: The effective management of patients with tuberculosis (TB) to improve and increase cure rates and the use of medication with fixed-dose combination are recommended for pulmonary TB. The use of artesunate combination drugs as first-line treatment of falciparum malaria has been recommended by WHO since 2005, but there are many officers who have not used it. Status of the HIV epidemic in Papua is a general epidemic spread pattern meaning that HIV prevalence in the general population exceeds 1%, including pregnant women. Objective: To audit the clinical management of pulmonary TB patients, HIV and uncomplicated falciparum malaria in Biak. Methods: The study was conducted to observe the management of new patients of pulmonary TB, HIV and uncomplicated falciparum malaria prospectively to audit the management of patients. Qualitative research was also conducted to determine why the set standards were not implemented. Univariabel data analysis used frequency distributions. Results: Management of pulmonary TB patients had been implemented 100%, in patients with HIV, counseling and prevention of cotrimoxazol had been implemented but sputum smear examination, tuberculin skin testing, and prevention of isoniazid and preventive antifungal had not been implemented. Management of falciparum malaria using ACT was held only 27% and did not carry out blood tests on day 28 to monitor the progress of treatment. Conclusion: Management of new pulmonary TB patients has been standardized, whereas patients with HIV have not implemented the new standard. The management of falciparum malaria patients is only 24% using artemisin-based treatment and it does not do a malaria blood re-examination on day 28.

INTISARI: Latar Belakang: Penatalaksanaan pasien tuberkulosis (TB) yang efektif untuk memperbaiki dan meningkatkan tingkat kesembuhan, penggunaan obat dalam bentuk kombinasi dosis tetap direkomendasikan untuk TB paru. Penggunaan obat kombinasi artesunat sebagai lini pertama pengobatan malaria falsiparum telah direkomendasikan oleh WHO sejak tahun 2005 tetapi masih banyak petugas yang belum menggunakannya. Status epidemi HIV di Papua merupakan pola penyebaran epidemi umum yang berarti prevalensi HIV di populasi umum lebih 1% termasuk ibu hamil. Interaksi antara malaria dan HIV menyebabkan kematian lebih dari 3 juta orang di seuluruh dunia pada tahun 2007. TB dan HIV merupakan epidemi ganda. Tujuan Penelitian: Melakukan audit terhadap penatalaksanaan klinik penatalaksanaan pasien TB paru, HIV dan malaria falsiparum tanpa komplikasi di Biak. Metode Penelitian: Penelitian ini dilakukan dengan mengobservasi penatalaksanaan pasien baru TB paru, HIV dan malaria falsiparum tanpa komplikasi secara prospektif untuk mengaudit penatalaksanaan terhadap pasien. Penelitian kualitatif juga dilakukan untuk mengetahui alasan tidak dilakukannya standar yang ditetapkan. Analisis data univariabel menggunakan distribusi frekuensi. Hasil Penelitian: Penatalaksanaan pasien TB paru telah dilaksanakan 100%, pada pasien HIV, konseling dan pencegahan kotrimoksazol telah dilaksanakan tetapi pemeriksaan sputum BTA, tes kulit tuberkulin, pencegahan isoniazid dan pencegahan antijamur belum dilaksanakan. Penatalaksanaan malaria falsiparum menggunakan ACT hanya dilaksanakan 27% dan tidak melaksanakan pemeriksaan darah pada hari ke-28 untuk memantau kemajuan pengobatan. Kesimpulan: Penatalaksanaan pasien baru TB paru telah sesuai standar, sedangkan pasien baru HIV belum sesuai standar. Penatalaksanaan pasien malaria falsiparum hanya 24% yang menggunakan pengobatan berbasis artemisin dan tidak melakukan pemeriksaan ulang darah malaria pada hari ke-28.