ASPEK AKHLAK DALAM SULUK SUJINAH (Herlin Widiastuti)


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah

Studi mengenai karya sastra Islam kejawen mempunyai peranan yang sangat berarti dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan kebudayaan. Dengan meneliti hasil karya yang diciptakan oleh pujangga atau pengarangnya dapat diungkap tentang unsur-unsur kebudayaan serta perkembangan pemikiran yang berkembang pada saat itu. Sehingga ajaran-ajaran moral yang terkandung di dalamnya akan mampu menjadi pedoman dan peganggan masyarakat pada masanya, bahkan masa kini dan masa yang akan datang.[1] Karya sastra merupakan refleksi kehidupan manusia yang kompleks dan multi dimensi serta menggambarkan kehidupan manusia yang dialami secara nyata.
Karya sastra Islam kejawen merupakan hasil dari proses pertemuan antara tradisi Jawa dengan unsur-unsur Islam.[2] Unsur Islam yang mendominasi karya sastra Islam kejawen adalah tasawuf  atau Islamic Mysticism.[3] Hal ini dapat dipahami bahwa sebelum masuknya Islam, unsur-unsur mistik ini telah mewarnai tradisi Jawa, yaitu paham animisme-dinamisme, Hindu  dan Budha. Oleh karena itu, setelah Islam masuk gagasan inilah yang kemudian mendapat sambutan hangat masyarakat Jawa.
Karya sastra Islam kejawen sering disebut dengan istilah suluk, wirid[4], dan primbon.[5] Dalam dunia tarekat atau tasawuf, suluk berarti usaha atau ikhtiar manusia yang bertujuan untuk membawa seseorang untuk dekat dengan Allah, atau sebuah cara untuk mencapai ma’rifah.[6] Suluk juga diartikan wirid sinawung sekar yang artinya wirid yang disusun dengan memakai tembang macapat. Namun, dalam perkembangannya di kalangan masyarakat Islam kejawen, perkataan suluk berkembang menjadi tulisan berbentuk puisi yang berisikan petunjuk dan ajaran tentang Tuhan, sifat, asma dan perbuatan-perbuatan-Nya, serta berisikan juga tentang asal usul manusia.[7]
Sebagai karya sastra, suluk mengandung aspek-aspek ajaran Islam seperti, aspek tasawuf, aspek keimanan (akidah), aspek sembah (ibadah), dan aspek budi luhur (akhlak). Namun dari unsur-unsur tersebut, aspek tasawuflah yang lebih menonjol. Demikian juga dengan Suluk Sujinah yang menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini, merupakan salah satu jenis karya sastra Islam kejawen yang di dalamnya juga mengandung berbagai aspek seperti yang telah disebutkan di atas. Sedangkan analisis naskah Suluk Sujinah dalam penelitian ini, adalah naskah suluk yang diperoleh dari daftar buku koleksi naskah di Museum Sono Budoyo Yogyakarta, dengan nomor kode SB. 149.[8]
Selanjutnya, studi ini memfokuskan pembahasannya mengenai nilai-nilai akhlak (budi luhur) yang terkandung dalam Suluk Sujinah. Nilai-nilai tersebut merupakan suatu perwujudan kehidupan bangsa yang dapat dijadikan sebagai sarana kebudayaan dan komunikasi antara generasi masa lampau, generasi sekarang dan yang akan datang. Untuk itu, setiap generasi  perlu mengetahui dan melestarikan nilai-nilai akhlak (budi luhur)  yang berguna sebagai petunjuk kehidupan praktis, tentang bagaimana seseorang bersikap dan berperilaku terhadap dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungannya. Di samping itu, akhlak (budi luhur) merupakan penilaian yang digunakan oleh masyarakat yang bersangkutan, untuk mengetahui bagaimana manusia seharusnya menjalankan kehidupannya.

B. Batasan dan Rumusan Masalah
Penelitian ini berupaya mengungkap mengenai aspek akhlak yang terdapat dalam Suluk Sujinah. Dengan demikian, perlu untuk diketahui dan dihayati pikiran serta cita-cita yang menjadi pedoman kehidupan masyarakat pada saat itu, terutama yang berkaitan dengan nilai-nilai atau ajaran akhlaknya.
Kemudian untuk memudahkan penjabaran permasalahan tersebut, dipandu melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1.Bagaimanakah deskripsi tentang  teks Suluk Sujinah ?
2.Nilai-nilai akhlak apa yang terkandung dalam Suluk Sujinah ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berhasil tidaknya suatu pekerjaan tergantung pada usaha yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Dengan adanya keinginan yang kuat serta didukung oleh fasilitas yang mencukupi, maka suatu pekerjaan akan dapat berjalan dengan baik dan mendapatkan hasil yang diharapkan. Sejalan dengan permasalahan di atas, di sini dipaparkan juga tentang tujuan dan kegunaan penelitian.
a. Tujuan Penelitian :
1.      Untuk  menyajikan suatu karya tulis tentang sastra Jawa, yaitu Suluk Sujinah.
2.      Untuk mengetahui dan menelaah ajaran atau nilai-nilai akhlak yang terkandung di dalam Suluk Sujinah.
b. Guna Penelitian
1.      Dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap masyarakat luas khususnya dalam bidang akademik tentang karya sastra Suluk Sujinah yang banyak mengandung nilai-nilai Islam, yang masih relevan bagi kehidupan masa kini dan masa yang akan datang.
2.       Melengkapi studi kepustakaan dan khazanah keilmuan dalam bidang sejarah peradaban Islam khususnya sastra Jawa yang mengandung nilai-nilai Islam.
3.       Menambah visi penulis dalam memperkaya ilmu pengetahuan terutama pengetahuan tentang nilai-nilai kebudayaan nasional yang mengandung nilai Islam dalam bentuk karya sastra.

D. Telaah Pustaka
Telaah pustaka merupakan salah satu usaha untuk memperoleh data yang sudah ada. Hal ini merupakan suatu yang penting dalam ilmu pengetahuan, yaitu untuk  menyimpulkan generalisasi fakta-fakta, meramalkan gejala-gejala baru, dan mengisi kekosongan pengetahuan tentang gajala-gejala yang sudah ada atau yang sedang terjadi.[9] Pada dasarnya penelitian ilmiah ini bagaikan membangun sebuah gedung, yang dilakukan berdasarkan usaha-usaha yang telah dikerjakan sebelumnya. Dengan melihat hasil penelitian ataupun tulisan-tulisan yang pernah ditulis oleh penulis sebelumnya, sehingga membantu jalannya suatu penelitian.[10]
Untuk mendukung terlaksananya penelitian ini, maka perlu diadakan studi pendahuluan yang meliputi studi kepustakaan sebagai bahan acuan dalam penelitian ini. Sebagaimana yang sudah ditulis oleh penulis-penulis sebelumnya, antara lain :
Karya tulis yang dibuat oleh M. Jandra dengan judul Suluk Sujinah : Sebuah Tinjauan Dari aspek Akidah Islamiyah. Dalam tulisan ini  fokus pembahasannya adalah mengenai konsep akidah Islamiyah yang berkaitan dengan konsep keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya yang meliputi sifat wajib, mustahil, dan  jaiz.
Kemudian penelitian  Suluk Sujinah oleh M. Darori Amin dengan judul Aspek Ketuhanan Dalam Sastra Suluk: Analisa terhadap Suluk Sujinah. Dalam penelitian ini, fokus pembahasannya lebih mengarah pada konsepsi Tuhan yang meliputi zat, sifat, asma’, dan af’al Tuhan.
Selanjutnya karya dari S.Bambang Purnomo dengan judul Suluk Sujinah, Sebuah Karya Tasawuf di Jawa (Wawasan Filologi Terbatas). Dalam penelitiannya,  S.Bambang Purnomo hanya mengkaji satu pupuh dari 11 pupuh yang ada, sedang pembahasannya mengarah kepada konsep  tentang Tuhan, konsep tentang manusia, proses penciptaan manusia dan konsep tentang taraqi.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, di sini penulis merasa tertarik untuk meneliti kembali Suluk Sujinah yang lebih memfokuskan tentang aspek akhlaknya. Karena aspek ini, oleh peneliti-peneliti sebelumnya belum dibahas secara menyeluruh.

E. Landasan Teori
Suluk sebagai karya sastra dapat dikategorikan sebagai sastra kitab, yang   berisi materi-materi seperti, sejarah, ajaran, syari’at, filsafat dan tasawuf. Namun, dalam karya sastra suluk, unsur yang menonjol adalah tasawuf.[11]
Hal ini disebabkan karena aspek inilah yang menguraikan hubungan manusia dengan Tuhan. Tuhan yang telah menciptakan manusia beserta alam seisinya, maka dari sini timbul rasa terima kasih manusia kepada Tuhannya, yang kemudian mendorongnya untuk menyembah-Nya, dan dekat dengan-Nya. Dalam hal ini, dapat diungkapkan bahwa tasawuf merupakan usaha manusia untuk mendekatkan diri kepada Tuhan sedekat-dekatnya.[12]
Selanjutnya, orientasi pembahasan dalam penelitian ini adalah pada aspek akhlak dalam karya sastra suluk. Berkait dengan uraian di atas, maka sebagai upaya  manusia mendekatkan diri kepada Allah SWT., harus dimulai dengan pembinaan akhlak. Hal ini dilakukan untuk menguasai dan membersihkan diri dari pengaruh nafsu tercela, yang dapat menghalangi jalan menuju Tuhan, serta menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji. Nilai-nilai dasar dalam ajaran Islam tidak hanya terletak pada ibadah formal saja, namun harus diiringi pula dengan amal perbuatan (akhlak) yang baik. Pada hakekatnya, ajaran agama mencakup aspek lahir dan batin yang berarti bahwa ibadah yang dihayati secara mendalam akan sangat berpengaruh pada pembinaan akhlak.
Sebagai acuan dalam penelitian yang berupaya mengungkapkan nilai-nilai masa lampau dalam karya sastra, maka digunakan pendekatan filologi. Filologi merupakan suatu disiplin yang mendasarkan kerjanya pada bahasa tertulis dan bertujuan mengungkapkan makna teks tersebut dalam prespektif kebudayaan.[13] Dalam hal ini akan dipilih satu versi naskah untuk memudahkan pembahasan kandungan dari suluk tersebut, yaitu naskah dengan nomor kode SB. 149, yang telah ditranslitrasi oleh M. Jandra.
Permasalahan yang berkaitan dengan memilih satu versi naskah sebagai dasar dari penelitian ini, Rusel Jones sebagaimana Kratz dan ahli filologi yang lain menyatakan bahwa  adalah penting sekali bagi seorang filolog untuk mengadakan edisi baru berdasarkan satu naskah saja. Akan tetapi, ia harus menyebut deskripsi lengkap untuk semua naskah yang lain dan menjelaskan bacaan yang berbeda dalam catatan kaki atau dalam kritik aparat, sebab mungkin saja ada filolog yang ingin meringkas pekerjaan. Atas dasar inilah, ia tidak perlu menyebutkan tentang varian-varian lain.[14]
Mengenai terciptanya perbedaan yang menyolok di antara varian-varian, A Teeuw mengatakan bahwa perbedaan dan varian dapat dipandang sebagai penciptaan kembali atau penghayatan oleh masyarakat pembaca secara berturut-turut. Dikatakan juga bahwa penurunan naskah (penyalin teks) bukanlah mesin cetak yang dengan setia memproduksi halaman demi halaman . Ia adalah individu penerima dan penilai teks yang secara sadar atau tidak sadar memasukkan unsur subyektivitasnya dalam karya sastra lama yang merupakan milik bersama. Lebih parah lagi dikatakan bahwa karya yang disalin merupakan suatu tanda sambutan yang positif dari pihak masyarakat.[15] Sedangkan untuk mengetahui hubungan antara sastra dengan masyarakatnya diambil pendapat dari Swingwood. Dalam hal ini, menurut pendapatnya bahwa, terdapat tiga prespektif berkaitan dengan keberadaan sastra. Pertama adalah prespektif yang memandang sastra sebagai dokumen sosial yang di dalamnya merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut diciptakan. Kedua, adalah prespektif yang mencerminkan situasi sosial penulisnya, dan ketiga, adalah model yang dipakai karya tersebut sebagai manifestasi dari kondisi sosial budaya atau peristiwa sejarah.[16] Adapun dalam studi ini digunakan prespektif yang ketiga.
Metode lain yang dipakai dalam memahami dan menafsirkan makna teks Suluk Sujinah adalah metode hermeneutik. Hermeneutik dapat berarti, menerangkan apa yang tidak dapat dimengerti atau dipahami dengan cara menerjemahkan kedalam bahasa yang dapat dimengerti. Metode hermeneutik ini mempunyai fungsi untuk menyampaikan pesan atau informasi antara teks, penulis teks dan pembaca teks supaya tidak terjadi kesalahan dalam mengungkapkan makna yang terkandung dalam sebuah teks. Di samping itu, hermeneutik digunakan untuk mengembangkan pengetahuan yang memberikan pemahaman dan penjelasan menyeluruh dan mendalam pada sebuah teks agar dapat dipahami, dijelaskan, ditafsirkan dan diterjemahkan.[17]

F. Metode Penelitian
Penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan filologi, yaitu satu bentuk pendekatan terhadap naskah-naskah masa lampau yang bertujuan untuk mengangkat nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.[18]
Sedangkan dalam penelitian ini, digunakan satu versi naskah dengan nomor kode SB.149 yang telah ditransliterasi oleh M. Jandra. Adapun langkah yang harus ditempuh untuk mengawali proses penelitian filologi [19] adalah sebagai berikut :
1.      Inventarisasi Naskah
Inventarisasi naskah ini dilakukan dengan mencari judul naskah yang sama melalui Katalog Induk Naskah yang diperoleh di Museum Sono Budoyo Yogyakarta. Di dalam katalog tersebut diperoleh informasi yang diperlukan berkait dengan naskah, seperti nomor naskah, ukuran, tulisan, tempat dan tanggal penyalinan termasuk tempat penyimpanan.
2.      Deskripsi Naskah
Dalam hal ini, setiap naskah yang diperoleh diuraikan dengan rinci, teratur, dan ditambah lagi dengan gambaran tentang keadaan fisik naskah, jenis kertas, serta catatan lain mengenai naskah ini.
3.      Transliterasi
Transliterasi telah dilakukan oleh M. Jandra dari naskah asli yang memakai huruf Arab Pegon ke huruf Latin. Kemudian dalam penelitian ini, dilakukan penulisan sinopsis. Dengan sinopsis tersebut, diharapkan pembaca dapat memahami pokok-pokok isi dari naskah Suluk Sujinah.
4.      Selanjutnya dilakukan analisis terhadap isi naskah. Namun, tidak seluruh naskah  Suluk Sujinah yang dianalisis, hanya dipilih pokok-pokok yang sesuai dengan penelitian ini, yakni aspek-aspek akhlaknya.

G. Sistematika Pembahasan  
Sistematika penulisan skripsi ini meliputi lima bab pembahasan. Bab pertama, pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, landasan teori, metode penelitian,  serta sistematika pembahasan.
Bab kedua penulis akan membahas tentang tinjauan umum Suluk Sujinah, yang terdiri dari pengertian umum suluk, situasi sosial pada waktu penulisan Suluk Sujinah, dan deskripsi Suluk Sujinah. Hal ini dimaksudkan untuk dapat memberikan gambaran umum tentang Suluk Sujinah.
Bab ketiga membahas tentang sinopsis Suluk Sujinah yang terdiri dari tujuh pupuh yang masing-masing pupuh mempunyai arti dan maksud tersendiri, yang akan menjadi acuan dalam mencari nilai-nilai akhlak yang terkandung di dalamnya.
Bab keempat merupakan inti pembahasan. Di dalamnya diuraikan mengenai pengertian akhlak dalam Islam dan kandungan  nilai-nilai akhlak dalam Suluk Sujinah.
Kemudian bab lima adalah penutup dari rangkaian penulisan skripsi yang berisi  kesimpulan penelitian, dan  saran.


[1] Darusuprapto, dkk., Ajaran Moral dalam Sastra Suluk  (Yogyakarta: Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia Daerah Dep.Pdan K, 1985-1986), hlm. iii.
[2] Hal tersebut terkait dengan penyebaran agama Islam di Jawa yang kemudian diikuti dengan proses Islamisasi karya-karya sastra dan kebudayaan Jawa. Proses ini dilakukan oleh para santri penyebar Islam, dan dilakukan pula oleh para cendekiawan kerajaan, setelah Islam dapat memasuki lingkungan Istana. Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Bab II hlm. 14-16.
[3] Tasawuf dalam bahasa Inggris sering disebut Islamic mysticism (ajaran mistik yang diwarnai oleh Islam). Mistik menurut kamus susunan A.S. Hornby, dkk., diterangkan bahwa mistik merupakan suatu ajaran atau suatu kepercayaaan tentang hakekat Tuhan, ini dapat diperoleh dengan jalan meditasi atau kesadaran spiritual yang bebas dari campur tangan akal dan panca indera: Simuh, Sufisme Jawa : Transformasi Tasawuf Islam ke Mistik Jawa  (Yogyakarta: Penerbit Bentang Budaya,1999), hlm. 26.
[4] Ditinjau dari bahasanya, kata wirid berarti kutipan-kutipan dari ayat al Qur’an yang dipelajari,  do’a atau dzikir yang diamalkan sesudah shalat: Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen P&K, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,1988), hlm. 701, sedangkan dalam karya sastra Jawa, wirid diartikan sebagai naskah karya sastra Jawa yang berbentuk prosa: Simuh, Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Ranggawarsita: Suatu studi terhadap serat Wirid Hidayat Jati  (Jakarta: UI Press, 1988), hlm. 3.                       
[5] Primbon merupakan catatan-catatan yang dianggap penting, mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan pedoman hidup dan tatanan tradisi masyarakat Jawa misalnya ngelmu petung, ramalan, guna-guna, pawukon, dan lain-lain: Ibid.,  hlm. 3. 
[6] Masdar Hilmy, “Suluk dalam sastra Jawa”, Rindang (Semarang: Penerbit Yayasan Kesejahteraan Karyawan Kantor Wilayah Depag. Prop. Jawa Tengah, No. 8 TH. XXIII Maret 1998), hlm. 47.
 [7] M. Darori Amin, “Aspek Ketuhanan  dalam Sastra Suluk: Analisa terhadap Suluk Sujinah” (Semarang : Pusat Penelitian IAIN Walisongo, 1998 ), hlm. 6.
[8] M.Jandra, “Suluk Sujinah: Sebuah Tinjauan dari Aspek Aqidah Islamiyah” (Yogyakarta: Proyek PTA. IAIN Sunan Kalijaga, 1987), hlm. 15.
 [9] Taufiq Abdullah dan Rusli Karim (ed.), Metodologi  Penelitian Agama: Sebuah Pengantar (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1991), hlm. 4. 
[10] Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: PT. Gramedia, 1989), hlm. 18.
[11] Baroroh Barried, Pengantar Teori Filologi (Jakarta: Pusat Pembinaan Bahasa dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, 1985), hlm. 23. 
[12] Mir Valiudin, Tasawuf dalam Qur’an, terj.  (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987), hlm. 7-8.
[13] Barried, Pengantar, hlm. 3. 
[14] Nabilah Lubis, Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi  ( Jakarta: Yayasan Media Alo Indonesia, 2001), hlm. 37.
[15] A. Teew, Filologi dan Penelitian Sambutan Sastra, Kuliah Beberapa Masalah Filologi (Yogyakarta:UGM, 1980), hlm.2. 
[16] Zainuddin Fananie, Telaah Sastra (Surakarta:Muhammadiyah University Press, 2000), hlm.194. 
[17] Imam Suprayogo,Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2001), hlm.73-74. 
[18] Siti Chamamah Soeratno, ”Pendekatan Filologi dalam Penelitian Agama Islam”  dalam Masyhur Amin (ed.), Pengantar Kearah Metode Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Agama Islam (Yogyakarta: Balai Penelitian P3M IAIN Sunan Kalijaga, 1992), hlm. 198. 
[19] Lubis, Naskah, hlm.70-74