PELATIHAN ‘KOMUNIKASI EMPATIK’ UNTUK MENINGKATKAN MANAJEMEN KELAS DI SEKOLAH DASAR


ABSTRACT
Verbal abuse is one of the teacher’s responses in classroom when students show a poor academic performance. In the context of teaching, teacher’s verbal abuse is a classroom management problem. Classroom management includes teacher’s action to create a positive social interaction environment, to involve student actively in learning process, to increase student self-concept, and to develop student motivation. The objective of this study was to examine the effect of ‘Komunikasi EMPATIK’ training for increasing the classroom management. This study was a quasi experiment with one-group pretest -posttest design. ‘Komunikasi EMPATIK’ training was the independent variable and classroom management was the dependent variable in this study. Seven classroom teachers in one elementary school in Bantul was assigned to this study. Participants’ behavior related to classroom management was observed using classroom management observation guidelines. The data was analyzed quantitatively with Wilcoxon Signed-Rank Test and qualitatively by examined the observation result either before, right after, and 3 -4 weeks after the training. Classroom Management Scale was given before and after the training as a secondary data. The result showed that ‘Komunikasi EMPATIK’ training could increase classroom management score. Although the score was not stable in 3  -4 weeks after the training, which indicated that the training  effect was not endure, ‘Komunikasi EMPATIK’ training could reduce negative classroom management behavior especially in teacher’s verbal abuse.
Keywords: verbal abuse, ’Komunikasi EMPATIK’ training, classroom management

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan kelemahan yang dimiliki oleh  penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pelatihan ’Komunikasi EMPATIK’dapat meningkatkan skor manajemen kelas (domain  menciptakan lingkungan belajar yang menarik dan kondusif-interaksi sosial yang positif serta terciptanya kenyamanan dan keamanan kelas-menurunkan kemunculan perilaku negatif dari guru). Ini berarti bahwa pelatihan tersebut dapat meningkatkan interaksi sosial yang lebih baik antara guru dengan siswa dan menurunkan kemunculan perilaku negatif dari guru, terutama kekerasan verbal. Mengacu pada pendapat Silberman (1998) yang mengatakan bahwa efektivitas suatu pelatihan dapat dilihat dalam rentang waktu 3-4 minggu setelah dilakukannya pelatihan, maka pelatihan ini kurang efektif, karena  perubahan perilaku yang terjadi sebagai efek dari pelatihan tidak dapat bertahan hingga 3-4 minggu(satu bulan) setelah pelatihan.  Hal ini disebabkan oleh:
  1. Usia di atas 50 tahun dengan pengalaman mengajar di atas 30 tahun  telah sekian lama membentuk karakteristik pribadi partisipan yang akhirnya mempengaruhi gaya pengajaran dan cara berkomunikasi yang diberikan di kelas. Hal inilah yang menyebabkan perubahan perilaku partisipan seperti yang diharapkan dalam hal menciptakan interaksi sosial yang positifdan menciptakan kenyamanan dan keamanan kelas, tidaklah mudah untuk diwujudkan.
  2. Tindakan yang diberikan oleh peneliti berupa ’Rencana Aksi’ yang bertujuan untuk mempertahankan pengaruh positif dari pelatihan tidak dapat berjalan secara efektif. Ketidakefektifan ini diperkirakan karena kesibukan para artisipan selain harus mengajar juga harus menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan administrasi dan mempersiapkan sertifikasi profesi mereka sebagai guru.
Secara ringkas, meskipun pelatihan ’Komunikasi EMPATIK’ini dapat meningkatkan perilaku partisipan dalam menciptakan interaksi sosial yang lebih baik serta lebih menciptakan kenyamanan dan keamanan kelas-yang keduanya merupakan bagian dari manajemen kelas, tetapi pelatihan tersebut tidak dapat dikatakan efektif. Walaupun demikian pelatihan ’Komunikasi EMPATIK’ inimampu menurunkan kemunculan perilakunegatif dari partisipan sebesar 16,39% sampai tahap postest  dansebesar 12,5% sampai tahap follow -up.
DOWNLOAD PDF