Sayyid
Jamaluddin Al-Afghani (1838/9-1897) merupakan salah satu tokoh yang pertama
kali menyatakan kembali tradisi Muslim dengan cara yang sesuai untuk menjawab
berbagai problem penting yang muncul akibat Barat semakin mengusik Timur Tengah
di abad kesembilanbelas.
Sebagai
modernis Islam pertama, yang pengaruhnya dirasakan di beberapa negara, Afghani
memicu kecenderungan menolak tradisionalisme murni dan westernisme murni.
Meski Afghani di kemudian hari --dan sejak meninggalnya-- dikaitkan khususnya
dengan pan-Islam, tulisan pan-Islamnya hanya menjadi bagian dari dasawarsa
penting 1880-an. Dalam hidupnya dia mempromosikan berbagai sudut pandang yang
sering bertentangan. Dan pikirannya juga memiliki afinitas dengan berbagai
kecenderungan di dunia Muslim. Ini meliputi liberalisme Islam yang diserukan
khususnya oleh Muhammad 'Abduh, orang Mesir yang menjadi muridnya.
Pada masa mudanya ia dididik di
Iran, dan juga di kota-kota suci Syi'ah di Irak dia piawai dalam filsafat Islam
dan juga dalam Syi'ah mazhab Syaikhi, yang merupakan ragam Syi'ah yang sangat
filosofis pada abad kedelapan belas dan kesembilan belas.
Tak
seperti dunia Arab dan Turki, di mana kebanyakan filsafat yang mendapat
inspirasinya dari Yunani selama berabad-abad tidak diajarkan karena dianggap
menyimpang dari Islam, di Iran tradisi filsafat terus berlangsung. Buku-buku karya
Ibn Sina dan di kemudian hari karya filosof Iran diajarkan di sekolah
keagamaan.
Ketika
Afghani ke Istanbul, pada tahun 1869-70, dia mengemukakan gagasan yang bersal
dari filosof Islam. Dan ketika ke Mesir pada 1870-an, dia mengajar murid-murid
mudanya terutama tentang filosof-filosof Iran ini.
Perjalanan
yang panjang dalam hidup Afghani dilalui dengan berdakwah di banyak negara.
Pada usia yang masih muda, sekitar 20 tahun, Afghani sudah pergi ke India dan
berjuang untuk mengusir pemerintahan Ingeris dari bumi Muslim di India. Setelah
tinggal di India, Afghani pergi haji ke Makkah, lalu ke kota-kota suci
Syi’ah, dan kemudian ke Afghanistan lewat Iran. Perjuangannya yang anti
Inggeris ini menyebabkan Afghani harus keluar dari Afghanistan pada Desember
1868, karena jatuhnya A’zham Khan dan naik tahtanya Shir’Ali yang pro
Inggeris. Kemudian dia ke Bombai, Kairo, lalu ke Istanbul pada 1869.
Pada
1870, Afghani diangkat menjadi menjadi Dewan Pendidikan â€کUtsmaniah
resmi yang reformis. Karena ikatannya dengan berbagai ahli pendidikan
terkemuka, dia diundang untuk menyampaikan kuliah umum. Namun kuliah umum ini
menimbulkan reaksi yang keras dari para ulama, karena dianggap menyimpang dari
agama. Akibatnya Afghani diusir dari Istanbul.
Setelah
itu Afghani pergi ke Kairo. Di Kairo ini mendirikan Koran yang membahas isu-isu
politik. Seiring dengan perubahan kekuasaan di Mesir, di bawah Pemerintahan
yang Pro Inggeris, Taufiq. Afghani akhirnya diusir dari Mesir karena sikapnya
yang anti Inggeris. Kemudian Afghani pergi ke Hyderabad di India Selatan. Dari
India Afghani ke London, dan kemudian pada 1883 ke Paris. Di Paris Afghani
bersama dengan Muhammad â€کAbduh, mereka
menerbitkan koran berbahasa Arab, Al-â€کUrwah
Al-Wutaqa yang mendapat subsidi dari para pengagum. Sebelum meninggal pada
tahun 1987 di Iran, Afghani sempat juga pergi ke Rusia, Eropa dan Irak.
Afghani
merupakan figur besar dalam dunia Muslim. Penekanannya bahwa Islam merupakan
kekuatan yang sangat penting untuk menangkal Barat dan untuk meningkatkan
solidaritas kaum Muslim, seruannya agar ada pembaruan dan perubahan di dalam
sistem politik despotis yang berbendera Islam, serta serangannya terhadap
mereka yang memihak imperialisme Barat atau yang memecah-belah umat Muslim,
semuanya merupakan tema-tema yang diperjuangkannya.