Penting untuk dicermati bahwa dosa-dosa dari kaum Yahudi yang
ingkar seringkali diceritakan di dalam kitab suci Yahudi sendiri, Perjanjian
Lama. Di dalam kitab Nehemiah, sebentuk kitab sejarah di dalam Perjanjian Lama,
kaum Yahudi mengakui dosa mereka dan menyesal:
“Keturunan orang Israel memisahkan diri dari semua orang
asing, lalu berdiri di tempatnya dan mengaku dosa mereka dan kesalahan nenek
moyang mereka. Sementara mereka berdiri di tempat dibacakanlah bagian-bagian
daripada kitab Taurat TUHAN, Allah mereka, selama seperempat hari, sedang
seperempat hari lagi mereka mengucapkan pengakuan dan sujud menyembah kepada
TUHAN, Allah mereka. Di atas tangga tempat orang-orang Lewi berdirilah Yesua,
Bani dan Kenani. Dengan suara yang nyaring mereka berseru kepada TUHAN, Allah
mereka.
… (Mereka berkata:) “…Mereka
(nenek moyang kami) mendurhaka dan memberontak terhadap-Mu. Mereka membelakangi
hukum-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu yang memperingatkan mereka dengan maksud
membuat mereka berbalik kepada-Mu. Mereka berbuat nista yang besar . Lalu
Engkau menyerahkan mereka ke tangan lawan-lawan mereka, yang menyesakkan
mereka. Dan pada waktu kesusahan mereka berteriak kepada-Mu, lalu Engkau
mendengar dari langit dan karena kasih sayang-Mu yang besar Kau berikan kepada
mereka orang-orang yang menyelamatkan mereka dari tangan lawan mereka. Tetapi
begitu mereka mendapatkan keamanan, kembali mereka berbuat jahat di hadapan-Mu.
Dan Engkau menyerahkan mereka ke tangan musuh-musuh mereka yang menguasai
mereka. Kembali mereka berteriak kepada-Mu, dan Engkau mendengar dari langit,
lalu menolong mereka berulang kali, karena kasih sayang-Mu dan mereka berdosa terhadap peraturan-peraturan-Mu, yang
justru memberi hidup kepada orang yang melakukannya. Mereka
melintangkan bahu untuk melawan, mereka bersitegang leher dan tidak mau dengar.
… Tetapi karena kasih sayang-Mu yang besar Engkau tidak
membinasakan mereka sama sekali dan tidak meninggalkan mereka, karena Engkaulah
Allah yang pengasih dan penyayang.
Sekarang, ya Allah kami, Allah yang Mahabesar, kuat, dan
dahsyat, … Tetapi Engkaulah yang benar dalam segala hal yang menimpa kami,
karena Engkau berlaku setia dan kamilah berbuat fasik. Juga raja-raja kami, pemimpin-pemimpin kami, imam-imam
kami, dan nenek moyang kami tidak melakukan hukum-Mu. Mereka
tidak memerhatikan perintah-perintah-Mu dan peringatan-peringatan-Mu yang Kauberikan
kepada mereka. Dalam kedudukan sebagai raja mereka tidak mau beribadah
kepada-Mu, walaupun Engkau telah mengaruniakan kepada mereka banyak kebaikan
dan telah menyediakan bagi mereka tanah yang luas dan subur. Mereka tidak
berbalik dari perbuatan-perbuatan mereka yang jahat.” (Nehemiah, 9: 2-4, 26-29,
31-35)
Bagian ini mengungkapkan keinginan yang dimiliki
segolongan kaum Yahudi untuk mengembalikan keimanan mereka kepada Tuhan, tetapi
dalam perjalanan sejarah Yahudi, segolongan lain perlahan meraih kekuatan,
mendominasi kaum Yahudi dan kemudian sepenuhnya mengubah agama itu sendiri.
Karena inilah, di dalam Taurat dan kitab-kitab lain pada Perjanjian Lama,
terdapat elemen-elemen yang berasal dari doktrin pagan yang bidah, di samping
yang disebutkan di atas, yang mengajak untuk kembali kepada agama yang benar. Misalnya:
·
Pada kitab pertama dari Taurat, disebutkan bahwa Tuhan
menciptakan seluruh alam semesta dari ketiadaan dalam enam hari. Ini benar dan
berasal dari wahyu asli. Tetapi, kemudian disebutkan bahwa Tuhan beristirahat
di hari ketujuh, dan ini merupakan pernyataan yang benar-benar palsu. Ini
merupakan ide jahat yang berasal dari paganisme yang memberikan sifat manusia
kepada Tuhan. Pada sebuah ayat di dalam Al Quran, Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya Kami
telah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam enam
masa, dan kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan.” (QS. Qaaf, 50: 38) !
·
Pada bagian-bagian lain dari Taurat, terdapat gaya penulisan
yang tidak menghormati kemuliaan Tuhan, terutama pada bagian-bagian di mana
kelemahan manusia disifatkan kepada-Nya (Tuhan sudah pasti di atas itu semua).
Antropomorfisme ini dibuat untuk menyerupai kelemahan-kelemahan manusia yang
diberikan penganut pagan kepada tuhan-tuhan buatan mereka sendiri.
·
Salah satu pernyataan yang menghina itu adalah klaim bahwa
Ya'kub, nenek moyang bani Israil, bergulat dengan Tuhan, dan menang. Ini jelas
sebuah cerita yang dibuat-buat untuk memberi bani Israil keunggulan rasial,
untuk menyamai perasaan rasial yang berkembang luas di antara masyarakat pagan.
(atau, di dalam kata-kata Al Quran: “kesombongan jahiliyah”).
·
Terdapat kecenderungan di dalam Perjanjian Lama untuk
menampilkan Allah sebagai tuhan kebangsaan bahwa Dia hanyalah tuhan bagi bani
Israil. Namun, Allah adalah Tuhan dan Penguasa semesta alam serta
seluruh umat manusia. Pemikiran tentang agama kebangsaan ini, di dalam
Perjanjian Lama, bersesuaian dengan kecenderungan paganisme, di mana setiap
suku menyembah tuhannya sendiri.
·
Pada sebagian kitab dari Perjanjian Lama
(misalnya, Yosua) berbagai perintah diberikan untuk melakukan kekejaman
terhadap orang-orang non-Yahudi. Pembunuhan massal diperintahkan, tanpa
memandang wanita, anak-anak, atau orang tua. Kekejaman tanpa belas kasihan ini
sepenuhnya bertentangan dengan keadilan Tuhan, dan mengingatkan kepada
kebiadaban budaya pagan, yang menyembah dewa-dewa perang yang mistis.
Berbagai pemikiran pagan yang
disusupkan ke dalam Taurat ini tentu mempunyai asal muasal. Pastilah ada orang
Yahudi yang mengambil, menghormati, dan menghargai suatu tradisi yang asing
bagi Taurat, dan mengubah Taurat dengan menambahkan ke dalamnya
pemikiran-pemikiran yang berasal dari tradisi yang mereka ikuti. Asal usul
tradisi ini merentang jauh hingga ke para pendeta Mesir Kuno (para ahli sihir
rezim Fir'aun). Ialah, tak lain, Kabbalah yang dibawa dari sana oleh sejumlah
orang Yahudi. Kabbalah mempunyai bentuk yang memungkinkan Mesir Kuno dan
doktrin pagan lainnya menelusup ke dalam agama Yahudi dan berkembang di dalamnya.
Para penganut Kabbalah, tentu saja, menyatakan bahwa Kabbalah hanyalah
memperjelas secara lebih rinci rahasia-rahasia yang tersembunyi di dalam
Taurat, tetapi, pada kenyataannya, sebagaimana dikatakan oleh ahli sejarah
Yahudi tentang Kabbalah, Theodore Reinach, Kabbalah adalah "suatu racun teramat halus yang menyusupi dan memenuhi
nadi agama Yahudi." 26
Maka, sangat mungkin untuk menemukan di dalam Kabbalah
jejak-jejak nyata dari ideologi materialis dari bangsa Mesir Kuno.