Salah satu fakta penting sehubungan dengan eksodus bani
Israil dari Mesir, sebagaimana diceritakan di dalam Al Quran, bahwa mereka
mengingkari agama yang diturunkan Allah kepada mereka walaupun Ia telah
menyelamatkan mereka dari kekejaman Fir'aun melalui Musa. Bani Israil tidak
mampu memahami ajaran tauhid yang disampaikan Musa kepada mereka, dan terus
cenderung kepada penyembahan berhala.
Al Quran menggambarkan kecenderungan yang aneh ini pada
ayat berikut:
“Dan Kami
seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai pada
suatu kaum yang tetap meyembah berhala mereka, Bani Israil berkata: "Hai
Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai
beberapa tuhan (berhala)". Musa menjawab: " Sesungguhnya kamu ini
adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)".
Sesungguhnya
mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batal apa yang
selalu mereka kerjakan.” (QS. Al A'raaf, 7: 138-139) !
Walau telah diperingatkan oleh Musa, bani Israil tetap
dalam penentangan mereka, dan ketika Musa meninggalkan mereka, mendaki Gunung
Sinai seorang diri, penentangan itu tampak sepenuhnya. Dengan memanfaatkan
ketiadaan Musa, tampillah seorang bernama Samiri. Dia meniup-niup kecenderungan
bani Israil terhadap keberhalaan, dan membujuk mereka untuk membuat patung
seekor anak sapi dan menyembahnya.
“Kemudian Musa
kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Berkata Musa: "Hai
kaumku, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka
apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar
kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu, lalu kamu melanggar perjanjianmu dengan
aku?".
Mereka
berkata: "Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan
kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu,
maka kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya",
kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lobang itu) anak lembu yang
bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: "Inilah Tuhanmu dan Tuhan
Musa, tetapi Musa telah lupa." (QS. Thahaa, 20: 86-88)
Mengapa ada kecenderungan yang gigih di kalangan bani
Israil untuk membangun berhala dan menyembahnya? Dari mana kecenderungan ini
bersumber?
Sudah tentu, suatu masyarakat yang sebelumnya tidak
pernah menyembah berhala tidak akan secara tiba-tiba berkelakuan bodoh seperti
membangun patung dan menyembahnya. Hanya mereka yang memiliki kecenderungan
alami terhadap berhala yang akan memercayai omong kosong semacam itu.
Namun, bani Israil dahulunya adalah kaum yang mengimani
satu Tuhan semenjak masa leluhur mereka Ibrahim. Nama "bani Israil"
atau "Anak-Anak Israil" pertama kali diberikan kepada putra-putra
Ya'kub, cucu Ibrahim, dan setelahnya semua bangsa Yahudi merupakan
keturunannya. Bani Israil telah menjaga iman tauhid yang mereka warisi dari
leluhur mereka Ibrahim, Ishak, dan Ya'kub, 'alaihim salam. Bersama Yusuf as.,
mereka pergi ke Mesir dan memelihara monoteisme mereka dalam jangka waktu yang
panjang, walaupun faktanya mereka hidup di tengah keberhalaan Mesir. Jelaslah
dari kisah yang disebutkan di dalam Al Quran bahwa ketika Musa datang kepada
mereka, bani Israil adalah kaum yang mengimani satu Tuhan.
Satu-satunya penjelasan untuk ini adalah bahwa bani
Israil, betapapun banyaknya mereka menganut kepercayaan Monoteistik,
terpengaruh oleh kaum pagan yang hidup bersama mereka, dan mulai meniru mereka,
menggantikan agama yang dipilihkan bagi mereka oleh Allah dengan penyembahan
berhala dari negeri-negeri asing.
Ketika kita mengkaji masalah ini di bawah keterangan
catatan sejarah, kita amati bahwa sekte pagan yang memengaruhi bani Israil
adalah yang terdapat di Mesir Kuno. Sebuah bukti penting yang mendukung
kesimpulan ini adalah bahwa anak sapi emas yang
disembah bani Israil saat Musa berada di Gunung Sinai, sebenarnya adalah tiruan dari berhala Mesir, Hathor dan
Aphis. Dalam bukunya, Too Long in the Sun, penulis Kristen Richard
Rives menulis:
Hathor dan Aphis, dewa-dewa sapi betina dan jantan
bangsa Mesir, merupakan perlambang dari penyembahan matahari. Penyembahan
mereka hanyalah satu tahapan di dalam sejarah pemujaan matahari oleh bangsa
Mesir. Anak sapi emas di Gunung Sinai adalah bukti yang lebih dari cukup untuk
membuktikan bahwa pesta yang dilakukan berhubungan dengan penyembahan
matahari…. 23
Pengaruh agama pagan bangsa Mesir terhadap bani Israil
terjadi dalam banyak tahapan yang berbeda. Begitu mereka bertemu dengan kaum
pagan, kecenderungan ke arah kepercayaan bidah ini muncul dan, sebagaimana
disebutkan dalam ayat, mereka berkata, “Hai Musa, buatlah untuk
kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka memunyai beberapa tuhan
(berhala).”
(QS. Al A'raaf, 7: 138) Apa yang mereka ucapkan kepada Nabi mereka, "Hai
Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang." (QS. Al Baqarah,
2: 55) menunjukkan bahwa mereka memiliki kecenderungan untuk menyembah benda
nyata yang dapat mereka lihat, sebagaimana yang terdapat pada agama pagan
bangsa Mesir.
Kecenderungan bani Israil terhadap paganisme Mesir Kuno, yang
telah kita gambarkan di sini, penting untuk dipahami dan memberi kita wawasan
tentang perubahan dari teks Taurat dan asal usul dari Kabbalah. Jika kita
pikirkan kedua topik ini dengan hati-hati, kita akan mencermati bahwa, pada
sumbernya, ditemukan paganisme Mesir Kuno dan filsafat materialis.