Keberadaan Masonry pertama kali
diumumkan di Inggris pada tahun 1717. Sebelumnya, Masonry telah menyebar
pertama di Inggris, lalu di Prancis dan seluruh Eropa. Masonry menjadi tempat
pertemuan utama para penentang agama. Banyak kaum Mason Eropa bertemu di loge
mereka, menyebut diri mereka sebagai “pemikir bebas”, yang bagi mereka berarti
tidak mengakui agama-agama ilahiah. Sebuah artikel bertajuk “Periode-Periode
Awal Freemasonry” dalam Mimar Sinan menyebutkan, “Tempat
di mana kaum Mason berkumpul untuk mencari kebenaran di luar gereja menjadi
tempat perlindungan."119
Walau demikian, kelompok yang mencari kebenaran di luar agama
ini juga menyembunyikan permusuhan terhadap agama. Oleh karena itu, organisasi
tersebut segera menjadi pusat kekuatan yang membuat risau Gereja, khususnya
Gereja Katolik. Konflik antara Masonry dan Gereja terus tumbuh, meninggalkan
jejak di Eropa abad kedelapan belas dan kesembilan belas. Masonry mulai
menyebar ke negara-negara lain di luar Eropa, pada paro kedua abad kesembilan
belas, dan ke mana pun perginya, Masonry menjadi pusat filosofi dan aktivitas
antiagama.
Sebuah artikel berjudul “Politik dan
Freemasonry”, yang muncul di Mimar Sinan, menjelaskan tentang
pertarungan melawan agama sebagai berikut:
Sejalan dengan tidak menjadi partai politik, Freemasonry
menjadi terorganisir di awal abad kedelapan belas sebagai sebuah lembaga sosial
berskala internasional sesuai dengan arus sosial politik. Untuk menyokong
sekte-sekte dalam upaya untuk melaksanakan kebebasan beragama, Freemasonry melibatkan diri dalam
pertarungan melawan kekuatan dan pengaruh kependetaan dalam upaya untuk
menggapai sasaran tunggal mereka meruntuhkan kekuatan dan pengaruh Gereja atas
masyarakat. Karena itulah, di tahun 1738 dan 1751 Freemasonry
dinyatakan Paus sebagai tak bertuhan….Di negara-negara yang menerapkan prinsip
kebebasan beragama itu, Freemasonry merupakan sebuah masyarakat misterius dan
rahasia yang hanya dikenal namanya; di negara-negara ini Freemasonry diabaikan
tapi juga didorong, mendapatkan anggota di antara kelas menengah dan
pejabat-pejabat tinggi yang mempunyai waktu dan sarana, serta memasang
pejabat-pejabat negara terkemuka di posisi-posisi kepemimpinan dalam
organisasi-organisasinya. Di negara-negara selatan, di mana semua orang harus
menganut Katolik, mereka
mempertahankan karakter sebagai organisasi rahasia, terlarang, dan revolusioner
yang menjadi sasaran pengawasan hukum. Di negara-negara ini,
orang-orang muda yang berpikiran bebas dan para pegawai yang tidak puas dengan
administrasi pemerintahan mulai memasuki loge-loge Masonik dan dengan demikian
dimulailah rencana-rencana
revolusioner dan diarahkan kepada rezim Spanyol, Portugal, dan Italia yang
berada di bawah dominasi Vatikan.120
Tidak diragukan bahwa di sini para penulis Masonik
menggunakan bahasa yang mendukung organisasinya sendiri ketika menyebutkan
bahwa Masonry sedang melakukan perlawanan terhadap dominasi Gereja. Namun, jika
kita kaji masalah ini lebih dekat, kita akan melihat bahwa di banyak negara,
“dominasi” yang sama juga cocok untuk rezim-rezim yang didirikan atau didukung
oleh kaum Mason. Oleh karena itu, kita dapat dengan mudah memahami bahwa
Masonry mengklaim berjuang melawan “dominasi” adalah kepura-puraan. Di luar
fakta bahwa Gereja —karena agama Kristen telah menyimpang — mempertahankan
gagasan-gagasan skolastik dan praktik-praktik yang menindas, permusuhan Masonry
terhadap Gereja tidaklah didasarkan pada hal ini namun pada kebenciannya
terhadap agama-agama monoteisme tradisional.
Cukuplah dengan mengamati struktur Masonry dan berbagai
ritual serta upacaranya untuk memahami hal ini.
CONTOH SEBUAH LOGE
MASONIK:
HELL-FIRE CLUB
Untuk memahami bagaimana Masonry abad kedelapan belas
diorganisir, dan apa yang menjadi targetnya, salah satu hal yang harus terus
kita lakukan adalah mengkaji berbagai masyarakat Masonik rahasia yang muncul
pada periode itu. Salah satunya adalah Klub Api Neraka (“Hell-Fire Club”),
yang aktif di Inggris di pertengahan abad kedelapan belas. Struktur Masonik
klub ini dan karakter pagan dan antiagama digambarkan oleh penulis Masonik
Daniel Willens dalam artikelnya, “Hell-Fire Club: Sex, Politics and Religion in
Eighteenth-Century in England”. Inilah sepotong bagian yang menarik dari artikel
yang diterbitkan dalam Gnosis, sebuah jurnal tentang tradisi-tradisi dalam di
Barat.
Pada malam-malam yang diterangi cahaya bulan selama
pemerintahan Raja George III dari Inggris, anggota-anggota Pemerintahan yang
sangat berkuasa, para intelektual penting, dan artis-artis yang berpengaruh
kadang dapat terlihat melintasi Sungai Thames dengan gondola ke sebuah
reruntuhan biara di dekat Wycombe Barat. Di sana, di bawah bunyi nyaring bel
biara yang ternoda, mereka mengenakan jubah biarawan dan bersenang-senang
dengan segala bentuk kebejatan, yang berpuncak pada Misa Hitam yang
diselenggarakan pada tubuh telanjang seorang wanita ningrat yang asusila dengan
diketuai oleh bandot tersohor Sir Francis Dashwood. Kebaktian setan berakhir,
lingkaran dalam akan berpindah tempat untuk merencanakan perjalanan Kerajaan
Inggris.
“Persaudaraan nista” ini, begitu sebutannya, memberi
pilihan nama Gotik yang sesuai untuk diri mereka, “Rahib-rahib St. Francis
dari Medmenham”, walaupun mereka telah diabadikan dengan julukan populer “Klub
Api Neraka” . Pada abad penuh gunjingan itu banyak spekulasi tentang
kegiatan-kegiatan buruk masyarakat ini, dan di tahun 1765, Charles Johnstone
menerbitkan sebuah roman berjudul Chrysal, or the Adventure of a Guinea,
yang secara populer diyakini mengungkap rahasia-rahasia “Para Biarawan
Medmenham”.…
… Perintis terpenting Para Biarawan itu adalah Klub Api
Neraka yang didirikan sekitar tahun 1719 di London oleh Philip, Duke of Wharton
(1698-1731). Wharton adalah seorang politikus Whig yang terkemuka, seorang
Freemason, dan ateis yang berupaya memperolok-olok agama dengan memimpin
keramaian dengan hiasan-hiasan “satanik” di muka umum.... Dan Wharton
selanjutnya menjadi Imam Besar Mason dari Loge Besar London pada tahun 1722....
Menjelang tahun 1739, dalam perjalanan pulang Dashwood
mampir di Florence untuk menemui Abbe Nicolini, dan di sana pula ia berjumpa
dengan Lady Mary Wortley Montagu… (yang) akhirnya kelak bergabung dengan
Dashwood dalam Klub Divan. … Sayang, kondisinya tidak berjalan baik bagi
Freemasonry di Italia. Paus Clement XII baru saja mengeluarkan dekrit In
Eminenti Apostalatus Specula, yang mengungkapkan Inkuisisi atas Loge.
Menjelang awal 1740, Paus meninggal, dan Dashwood pergi ke pertemuan tertutup
untuk memilih paus baru di Roma. Di sana ia secara bermain-main memakai
identitas Kardinal Ottiboni, salah seorang ketua penentang kaum Mason, dan
memperoloknya di muka umum dengan ritual ejekan yang keji….
“Chapter room” adalah kunci untuk memahami kegiatan para
Biarawan itu. Perabot isinya masih tidak diketahui, sehingga kegunaannya pun
tetap menjadi misteri. Penulis-penulis penggemar sensasi memperkirakannya
sebagai tempat persembunyian satanik, walau agaknya lebih masuk akal jika
disimpulkan bahwa ruang itu digunakan untuk upacara-upacara Masonik. John
Wilkes, seorang mantan anggota penting perkumpulan Medmenham yang tidak menjadi
Freemason, mengeluh dalam sebuah artikel yang mencemarkan teman lamanya: “Tidak
ada mata biasa yang berani menembus misteri Eleusinian Inggris chapter room.
Sementara para biarawan berkumpul dalam semua upacara khidmat, lebih banyak
lagi ritus-ritus rahasia dilaksanakan dan korban yang dipersembahkan dalam
banyak kemegahan kepada BONA DEA”... Putra Sir Robert Walpole, Horace, salah
satu musuh politik Dashwood dan tentu saja seorang yang asing dengan biara,
mencemooh: “Apa pun doktrin mereka, praktik-praktik mereka sebenarnya adalah
pagan: Bacchus* dan Venus adalah dewa-dewi yang hampir umum diketahui sebagai
tujuan pengorbanan mereka; dan para peri serta tong bir yang diletakkan pada
perayaan gereja baru ini, cukup menginformasikan para tetangga tentang corak
para pertapa itu”….
Keseluruhan
pertanyaan tentang agama adalah pokok pesona yang terus dipraktikkan Dashwood.…
Penafsiran yang lebih canggih mungkin meliputi rumor tentang ilmu gaib yang
bernuansa seksual, kitab kabbalis biara, gambaran Harpokrates yang berulang,
koneksi lemah Dashwood dengan Ordo Masonik Kuil, dan tentu saja motto Thelemik
di Biara Medmenham untuk menyimpulkan bahwa Klub Api Neraka adalah manifestasi
awal dari “Crowleyanitas”. Suatu pendekatan yang lebih berkepala dingin akan
memperhatikan kontak-kontak Masonik Dashwood dan menyimpulkan, dengan
kemungkinan besar tepat, bahwa “chapter
room” adalah sebuah kuil Masonik. 121
Alasan menyertakan kutipan panjang ini adalah untuk
mendapatkan gambaran suasana berkembangnya Masonry abad kedelapan belas dan
pengaruhnya terhadap masyarakat. Masonry tampil sebagai sebuah organisasi
rahasia yang memancing rasa penasaran, dengan oposisinya terhadap keyakinan
umum masyarakat memberikan semacam kepuasan psikologis bagi anggota-anggotanya.
Karakteristik dasar ritus Masonik, sebagaimana ditekankan dalam kutipan di
atas, adalah penyucian simbol dan konsep pagan, alih-alih agama-agama
Monoteistik tradisional. Maka, mereka yang menjadi kaum Mason, dan memalingkan
wajah dari agama Kristen, terwarnai pagan, walaupun tidak selalu berarti
mengambil paganisme sebagai keyakinan, namun paling tidak dengan mengambil
simbol-simbolnya.
Namun, Masonry tidak puas hanya untuk
mempraktikkan upacara-upacara aneh; ia juga mengikuti sebuah strategi yang
dirancang untuk mengasingkan Eropa dari agama-agama ketuhanan, dan memikatnya
ke dalam paganisme. Di dalam bagian berikut kita akan mencermati beberapa titik
puncak dari sejarah Eropa, negara per negara, dan mengikuti jejak perang
Masonik ini melawan agama. Negara pertama yang mesti kita kaji adalah Prancis.
PERTARUNGAN MELAWAN AGAMA
DI PRANCIS
Pada kajian-kajian sebelumnya kami telah membahas peranan
penting Masonry dalam Revolusi Prancis. Sejumlah besar filsuf Pencerahan,
terutama mereka yang paling kuat berpandangan antiagama adalah pengikut Mason.
Kaum Jacobin, yang membangun panggung revolusi, dan menjadi pemimpinnya, adalah
anggota loge. 122
Peran yang dimainkan kaum Mason di dalam revolusi diakui oleh
seorang “agen provokator” bernama Count
Cagliostro. Cagliostro ditangkap oleh Inkuisisi pada tahun 1789,
dan mengakui beberapa hal penting selama interogasi. Dia mengawali dengan
menyatakan bahwa kaum Mason di seluruh penjuru Eropa telah merencanakan
serangkaian revolusi. Disebutkan bahwa sasaran utama kaum Mason adalah
menghancurkan Kepausan atau menguasainya. Dalam pengakuannya, Cagliostro juga
menyebutkan bahwa para bankir Yahudi mendukung semua kegiatan revolusioner ini
secara finansial, dan bahwa uang Yahudi juga memainkan peran penting di dalam
Revolusi Prancis. 123
Revolusi Prancis pada dasarnya adalah sebuah revolusi melawan
agama. Dalam upaya mati-matian kaum revolusioner untuk menyingkirkan
kependetaan dan aristokrasi, banyak pendeta yang terbunuh, institusi agama yang
dihancurkan, dan tempat-tempat ibadah yang diruntuhkan. Kaum Jacobin bahkan
ingin menghancurkan sama sekali agama Kristen, dan menggantikannya dengan
sebuah kepercayaan pagan yang mereka sebut “agama logika”. Namun, dalam waktu
singkat, mereka kehilangan kendali atas revolusi dan Prancis terjerumus ke
dalam kekacauan total.
Misi Masonry di negara itu tidak berhenti dengan
revolusi. Kekacauan yang tercipta oleh revolusi akhirnya reda ketika Napoleon
meraih kekuasaan. Namun, stabilitas ini tidak berlangsung lama; ambisi Napoleon
untuk menguasai seluruh Eropa akhirnya mengakhiri pemerintahannya. Setelahnya,
konflik di Prancis berlanjut antara kaum monarkis dan revolusionis. Terjadi
tiga kali revolusi lagi di tahun 1830, 1848, dan 1871. Di tahun 1848, “Republik
Kedua” didirikan; dan di tahun 1871 dibentuk “Republik Ketiga”.
Kaum Mason sangat aktif sepanjang
periode agitasi ini. Sasaran utama mereka adalah melemahkan Gereja dan
lembaga-lembaga keagamaannya, menghancurkan nilai-nilai agama dan pengaruhnya
atas masyarakat, dan menghapuskan pendidikan agama. Kaum Mason memandang “antiklerikalisme”
(antikependetaan) sebagai pusat aktivitas sosial dan politik.
The Catholic Encyclopedia
memberikan informasi penting tentang misi antiagama dari Timur Raya — begitulah
Masonry Prancis dikenal.
Dari dokumen-dokumen resmi Masonry Prancis yang terutama
tercakup dalam “Buletin” dan “Compterendu (Ikhtisar)” resmi Timur Raya, terbukti bahwa semua undang-undang
antiklerikal yang disahkan di dalam parlemen Prancis telah diputuskan
sebelumnya di loge-loge Masonik dan dilaksanakan di bawah arahan dari Timur
Raya, dengan sasarannya diakui untuk mengendalikan segala hal dan
semua orang di Prancis. “Saya menyatakan di dalam majelis tahun 1898,” ungkap
deputi Masse, pembicara resmi Majelis tahun 1898, “bahwa adalah tugas tertinggi
Freemasonry untuk semakin hari semakin banyak mencampuri pertarungan politis
dan duniawi.” “Keberhasilan
(dalam peperangan antiklerikal) dalam Freemasonry berskala luas;
karena spiritnya, programnya, metodenyalah yang menang.” “Jika
Blok telah terbentuk, ini adalah berkat Freemasonry dan disiplin yang
dipelajari di loge-loge”… “Kita membutuhkan kewaspadaan dan, di
atas segalanya, kepercayaan timbal balik, jika ingin menuntaskan kerja yang
belum selesai. Kerja ini, Anda tahu… pertempuran anti-klerikal, sedang
berlangsung. Republik harus membersihkan dirinya dari jemaah agama, menyapu
habis mereka dengan sebuah hantaman dahsyat. Di mana saja,
sistem yang setengah-setengah adalah berbahaya; musuh harus dihancurkan dengan
sebuah pukulan tunggal.” 124
The Catholic Encyclopedia melanjutkan penjelasannya tentang
pertarungan Masonry Prancis melawan agama:
Sejatinya, semua reformasi Masonik yang terlaksana di Prancis
sejak 1877, seperti sekularisasi pendidikan, undang-undang menentang
sekolah-sekolah privat Kristen dan pembinaan amal, penindasan atas ordo-ordo
keagamaan, dan pembusukan Gereja, tampak
berpuncak pada sebuah reorganisasi masyarakat manusia yang anti-Kristen dan
tidak beragama, tidak hanya di Prancis namun di seluruh penjuru
dunia. Jadi, Freemasonry Prancis, sebagai tolok ukur bagi seluruh Freemasonry,
berpura-pura membuka era keemasan republik universal Masonik, yang mencakup
persaudaraan Masonik semua manusia dan semua negara. ”Kemenangan orang
Galilea,” kata Presiden Timur Raya, Senator Delpech, pada tanggal 20 September
1902, ”telah berlangsung selama dua puluh abad. Tetapi sekarang gilirannya
mati.... Gereja Romawi, yang dibangun atas mitos Galilea, mulai runtuh dengan
cepat sejak hari pertama Perkumpulan Masonik didirikan.” 125
Yang dimaksud dengan ”orang Galilea” oleh kaum Mason adalah
Almasih, karena menurut injil, Almasih lahir di kota Galilea di Palestina. Oleh
karena itu, kebencian kaum Mason terhadap Gereja adalah ekspresi kebencian
mereka terhadap Almasih dan semua agama monoteistik. Mereka mengira telah
menghancurkan pengaruh agama ketuhanan dengan filosofi materialis, Darwinis,
dan humanis yang mereka bangun di abad kesembilan belas, dan mengembalikan
Eropa kepada paganisme pra-Kristen.
Ketika kata-kata ini disampaikan di tahun 1902, serangkaian
undang-undang disahkan di Prancis memperluas jangkauan oposisi agama. Tiga ribu
sekolah agama ditutup dan pendidikan agama apa pun terlarang untuk diberikan di
sekolah-sekolah. Banyak pendeta ditangkapi, sebagian diasingkan dan orang-orang
agama mulai dianggap sebagai warga negara kelas dua. Karena itulah, pada tahun
1904 Vatikan memutuskan semua hubungan diplomatik dengan Prancis. Namun ini
tidak mengubah sikap negara itu. Setelah kematian ratusan ribu warga Prancis
melawan tentara Jerman pada Perang Dunia I barulah kesombongan negara itu jinak
dan sekali lagi mengakui pentingnya nilai-nilai religius.
Sebagaimana diyakini The
Catholic Encyclopedia, perang melawan agama dari Revolusi Prancis hingga
abad kedua puluh dilakukan oleh ”undang-undang antiklerikal yang disahkan oleh
Parlemen Prancis” yang telah diputuskan sebelumnya di loge-loge Masonik dan
dilaksanakan di bawah arahan Timur Raya.” 126
Fakta ini tampak jelas dari tulisan-tulisan Masonik. Misalnya, kutipan dari
terbitan berbahasa Turki bertajuk ”Sebuah Pidato dari Saudara Gambetta pada
tanggal 5 Juli 1875 di Loge Clémente Amitié” menyebutkan:
Sementara momok reaksi mengancam Prancis, dan doktrin
keagamaan serta ide-ide terbelakang berkembang ofensif terhadap berbagai
prinsip dan undang-undang sosial modern, di lingkungan organisasi-organisasi
seperti Masonry yang tekun dan berpandangan jauh serta mengabdi kepada
prinsip-prinsip persaudaraan, kita menemukan kekuatan dan konsolidasi dalam
perjuangan melawan klaim-klaim Gereja yang berlebihan, pernyataannya yang
dibesar-besarkan dan menggelikan serta berbagai perbuatannya yang keterlaluan
dan menjadi kebiasaan... kita harus terus berjaga-jaga dan melanjutkan
perjuangan. Untuk mewujudkan gagasan tentang tatanan manusia dan kemajuan, mari
kita tetap bertahan sehingga perisai-perisai kita tidak dapat ditembus. 127
Akan terlihat bahwa literatur Masonik secara konsisten
menampilkan gagasan-gagasannya sebagai ”berpandangan jauh” sembari menuduh
orang-orang beragama sebagai ”terbelakang”. Namun, ini tak lebih dari permainan
kata-kata belaka. Ungkapan ”momok reaksi”, yang disebutkan pada kutipan di
atas, adalah sesuatu yang juga ditentang orang-orang beragama yang tulus, namun
menjadi eksploitasi sasaran oleh Masonry terhadap agama sejati dalam upaya
mereka untuk menjauhkan manusia darinya. Apalagi, harus ditekankan sekali lagi
bahwa filosofi materialis-humanis yang dianut kaum Masonlah yang sesungguhnya
merupakan sistem pemikiran yang bertakhyul dan terbelakang, sebuah tempat bergantung
bagi peradaban pagan Mesir Kuno dan Yunani Kuno.
Oleh karena itu, penggunaan istilah ”berpandangan jauh” dan
”terbelakang” oleh kaum Mason tidak berpijak pada kenyataan. Memang, hal ini
tidak berdasar karena konflik antara kaum Mason dan masyarakat beragama tidak
lebih daripada pelestarian konflik antara dua pemikiran yang telah ada semenjak
abad-abad awal sejarah. Agamalah yang memproklamirkan pertama kali
gagasan-gagasan ini: bahwa manusia diciptakan oleh kehendak Tuhan dan manusia
bertanggung jawab untuk menyembah-Nya. Inilah kebenaran. Gagasan sebaliknya,
bahwa manusia tidak diciptakan namun menjalani hidup yang sia-sia dan tanpa
tujuan, diajukan oleh mereka yang menolak keberadaan Tuhan. Jika dipahami
dengan tepat, tampaklah bahwa penggunaan istilah-istilah dangkal
”keterbelakangan” dan ”pandangan jauh” tidak memiliki landasan apa-apa.
Dengan menggunakan gagasan ”kemajuan”, kaum Mason berupaya
menghancurkan agama. The Catholic Encyclopedia menyatakan:
Yang berikut ini dianggap sebagai cara-cara utama (dari
freemasonry):
(1) Menghancurkan
secara radikal semua pengaruh sosial Gereja dan agama, yang
secara busuk disebut ”klerikalisme”, dengan penyiksaan terbuka terhadap Gereja
atau dengan sistem pemisahan antara Negara dan Agama yang bermuka dua dan
curang, serta sejauh mungkin menghancurkan Gereja dan semua agama yang benar,
yakni yang supramanusia, yang lebih dari sekadar bentuk pemujaan yang
samar-samar terhadap tanah air dan umat manusia;
(2) Sekulerisasi, yakni dengan sistem ”non-sektarianisme”
yang sama yang bermuka dua dan curang, semua kehidupan publik dan pribadi dan,
di atas segalanya, pengajaran dan pendidikan populer. ”Non-sektarianisme”
sebagaimana dipahami oleh golongan Timur Raya adalah sektarianisme
yang anti-Katolik dan bahkan anti-Kristen, ateistik, positivistik, atau agnotis
dalam genggaman non-sektarianisme. Kebebasan berpikir dan hati nurani anak-anak
harus dikembangkan secara sistematis pada diri mereka di rumah dan dilindungi,
sejauh mungkin, dari semua pengaruh yang mengganggu, tidak hanya dari Gereja
dan para pendeta, tetapi juga dari orang tua anak itu sendiri, jika perlu,
bahkan melalui cara tekanan moral dan fisik. Golongan
Timur Raya menganggapnya sangat diperlukan dan sebuah jalan pasti
yang sempurna untuk pewujudan final
dari republik sosial universal.... 128
Tampaklah bahwa Masonry telah menggerakkan sebuah program,
yang disebut ”pembebasan masyarakat”, dengan tujuan untuk menghapuskan agama,
sebuah program yang masih terus diterapkan. Program ini harus dibedakan dari
model yang berusaha memberikan kesempatan bagi setiap warga negara, dari
keyakinan religius apa pun, untuk mempraktikkan keyakinannya secara bebas.
Alih-alih, model yang diimpikan oleh Masonry adalah bentuk cuci otak yang
dirancang untuk melenyapkan agama sepenuhnya dari masyarakat dan pikiran
individu serta, jika perlu, menyiksa para penganutnya.
Di negara mana saja ia berkembang, Masonry berupaya
menggerakkan program ini, walaupun dengan cara menyesuaikan diri dengan budaya
dan kondisi yang lazim di negara tersebut.
Salah satu negara itu adalah Jerman.
KAMPANYE ANTI-AGAMA DI
JERMAN:
“KULTURKAMPF”
Seratus lima puluh tahun yang lalu, negara Jerman belum ada.
Wilayah yang sekarang disebut Jerman dikuasai oleh sejumlah kerajaan. Yang
terluas di antaranya adalah Prussia, yang menempati bagian timur Jerman saat
ini dan sebagian besar Polandia. Di tahun 1860, Prussia mulai mencaplok
negara-negara kecil Jerman lainnya dan mendirikan Kekaisaran Jerman pada tahun
1871. Penguasa negara baru ini adalah Perdana Menteri Prussia dan Kanselir dari
Kekaisaran Jerman baru, Otto van Bismarck.
Bismarck adalah seorang negarawan yang sukses, terutama
di bidang politik luar negeri, tetapi tidak mencapai sukses serupa dalam urusan
dalam negeri. Salah satu penyebabnya adalah sekelompok intelektual yang dikenal
sebagai ”kaum Liberal Nasional” yang mirip dengan antiklerikal di Prancis, serta
menjalankan politik antiagama. Untuk mencapai persatuan Jerman, kaum Liberal
Nasional meyakini perlunya menyingkirkan orang-orang yang memiliki bentuk
afiliasi apa pun di luar perbatasan mereka, dan menganggap hubungan antara
sepertiga populasi dengan Paus Katolik sebagai sandungan terbesar bagi
persatuan ini. Karena didorong oleh kaum Liberal Nasional, Bismarck memulai
sebuah kampanye anti-Katolik yang dikenal sebagai Kulturkampf, atau
”perang budaya”. Kampanye ini
juga digambarkan sebagai suatu perjuangan untuk mengontrol pikiran bangsa
Jerman. 129
Selama Kulturkampf, kaum Katolik, terutama di Jerman
bagian selatan, mengalami penindasan.
Di tahun 1872, untuk menegakkan sebuah undang-undang yang
telah disahkan, semua pendeta Jesuit di negara ini ditahan dalam satu malam dan
institusi-institusi mereka disita. Untuk menegakkan ”undang-undang Mei”
(meigesetze) yang disahkan pada tahun 1873, semua pendeta yang bekerja kepada
pemerintah dipecat, Gereja dilarang terlibat dalam semua hal yang berhubungan
dengan pernikahan dan pendidikan, dan topik-topik khotbah dibatasi. Sejumlah
uskup besar ditahan dan 1300 gereja akhirnya ditemukan tanpa pendeta.
Namun, karena taktik-taktik ini menimbulkan reaksi keras di
kalangan Katolik di negara itu terhadap pemerintah, Kulturkampf
dikendurkan. Bismarck mengabaikan usulan-usulan kaum Liberal Nasional, yang
telah membawanya ke dalam kampanye ini, dan mengurangi Kulturkampf sedikit demi
sedikit sampai akhirnya ia batalkan sepenuhnya. Keseluruhan kampanye ini tidak
menghasilkan apa pun selain penindasan atas kaum Katolik Jerman, dan kehancuran
rasa kesejahteraan sosial negara itu. Banyak sejarawan hari ini meyakini bahwa
hal itu adalah sebuah kegagalan yang merobek-robek rasa keamanan sosial bangsa
Jerman. Apalagi, setelah Jerman, gelombang Kulturkampf melanda Austria,
Swiss, Belgia, dan Belanda, menimbulkan ketegangan sosial yang luar biasa di
negara-negara ini.
Menariknya, para intelektual
Masonlah yang memikat Bismarck ke dalam kebijaksaan ini. The Catholic
Encyclopedia menyebutkan:
Namun mereka (kaum Mason) tentu saja memajukan gerakan
yang oleh Prussia, yang secara bertahap menjadi negara pemimpin di Jerman,
dianggap sebagai ”representasi dan pelindung evolusi modern” melawan
”Ultramontanisme”, ”kefanatikan”, dan ”perebutan kuasa kepausan”. Mereka juga menghasut munculnya ”Kulturkampf”.
Jurisconsult yang juga Mason tersohor, Imam Besar Bluntschli, adalah salah satu
penghasut terdepan dalam konflik ini; dia juga menggerakkan ”Kulturkampf”
Swis.... Para Freemason Jerman dengan upaya-upaya tak kenal lelah memaksakan
pengaruh yang menentukan atas hidup bangsa secara keseluruhan sejalan dengan
prinsip-prinsip Masonik, dan dengan demikian mempertahankan sebuah ”Kulturkampf”
yang diam-diam dan abadi. Sarana-sarana terpenting yang mereka
gunakan adalah aneka perpustakaan, konferensi, afiliasi dari berbagai
perkumpulan dan lembaga dengan perhatian yang sama, dan jika perlu, pembentukan
lembaga-lembaga baru, sebagai sarana bagi semangat Masonik untuk merasuki
bangsa. 130
Artinya, walaupun dihentikan secara resmi oleh Bismarck, Kulturkampf
diteruskan oleh kaum Mason, sebagai kampanye propaganda antiagama berkelanjutan
yang ditujukan kepada masyarakat luas. Buah paling pahit dari perjuangan ini
dituai pada tahun 1920: kaum Nazi, yang bertujuan mengembalikan bangsa Jerman
kepada paganisme pra-Kristen mereka, sedikit demi sedikit memperoleh kekuatan
dan berkuasa di tahun 1933. Salah satu aksi Nazi yang paling penting adalah
memprakarsai sebuah Kulturkampf kedua melawan otoritas agamis.
Komentator Amerika Elbridge Colby menjelaskan bahwa ”kaum Nazi membuka sebuah Kulturkampf
baru melawan Gereja Katolik, memenjarakan para pendeta dan memecat para uskup;
namun berbeda dengan tahun 1874, Hitler juga bergerak menentang kemapanan
Protestan.” 131
Singkatnya, aktivitas-aktivitas yang diprakarsai oleh kaum
Mason untuk menjauhkan masyarakat dari agama telah membangkitkan salah satu
kediktatoran paling brutal dalam sejarah, ”Reich” Nazi, dan menyeret dunia ke
dalam Perang Dunia II yang membinasakan 55 juta jiwa.
PERTARUNGAN MELAWAN AGAMA DI ITALIA
Negara lain yang jelas menampakkan aktivitas Masonik adalah
Italia.
Hingga tahun 1870, wilayah Italia diduduki oleh beberapa
negara kecil sisa-sisa masa feodal. Salah satu yang terpenting adalah Negara
Kepausan. Negara ini berpusat di Roma, diperintah oleh Paus, dan mengontrol
sebagian besar Italia pusat. Mason di Italia didirikan sebagai perpanjangan
dari Mason Prancis, dan mulai berpengaruh di Italia pada awal abad kesembilan
belas. Mereka bermaksud menghancurkan Negara Kepausan dan menghapuskan otoritas
Gereja di Italia secara keseluruhan. Menurut penulis buku berjudul The Roman
Catholic Church and the Craft, Imam Freemason Alec Mellor: ” Di Italia, asal usul loge-loge luar
biasa sebagian besar bersifat politis; mereka membingungkan Masonry dengan
pertarungan melawan kekuasaan duniawi Paus.” 132
Masonry mengawali pertarungannya melawan agama di Italia
melalui masyarakat rahasia lain yang didirikan dan dikendalikannya. Masyarakat
ini dikenal sebagai ” Carbonari.”
Masyarakat ini, yang pertama kali terdengar di Naples pada
awal abad kesembilan belas, mengambil namanya dari para pembakar arang.
Sebagaimana para Mason memakai lambang pembangun dinding dan mengekspresikan
pemikiran mereka dengan simbol-simbol, maka Carbonari mengambil lambang dari
para pembakar arang. Namun, masyarakat tersebut punya tujuan-tujuan
tersembunyi. Anggota-anggota masyarakat tersebut berupaya mengawali sebuah
program politik, pertama di Italia, dan kemudian di Prancis, untuk
menghancurkan pengaruh Gereja, membangun sebuah pemerintahan baru dan
menyekulerkan semua lembaga sosial.
Koneksi antara Masonry dan Carbonari begitu nyata. Kaum Mason
secara otomatis menjadi anggota masyarakat Carbonari; bahkan, sejak saat
memasuki masyarakat itu mereka meraih derajat imam. (Sementara, anggota-anggota
Carbonari lainnya harus melewati proses kenaikan yang panjang sebelum mencapai
derajat ini). Dua kardinal bernama Consalvi dan Pacca mengeluarkan sebuah
maklumat pada tanggal 15 Agustus 1814 yang menuduh kaum Mason dan Carbonari
diorganisir untuk campur tangan sosiopolitik dan penggalangan permusuhan
terhadap agama.
Tuduhan ini terbukti karena anggota-anggota Carbonari telah
mengorganisir tipu muslihat politis dan pemberontakan bersenjata. Pemberontakan
bersenjata yang berlangsung di Macerata pada 25 Juni 1817 diorganisir oleh
Carbonari, namun diberangus oleh aparat keamanan Negara Kepausan. Pada tahun
1820, di Spanyol dan Naples, dan pada tahun 1821 di Piedmont, pemberontakan
revolusioner diorganisir oleh Carbonari terhadap Gereja dan ketenteraman
publik.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Carbonari didirikan oleh
kaum Mason yang terlibat bersama mereka dalam kegiatan-kegiatan revolusioner.
Seusai Revolusi Juli di Prancis pada tahun 1930, organisasi tersebut kehilangan
pengaruhnya dan secara bertahap menghilang. Di Italia, Carbonari bersatu dengan
gerakan ”Italia Muda” yang didirikan oleh Guiseppe Mazzini.
Mazzini, seorang ateis tersohor, selama bertahun-tahun telah
bertarung melawan Negara Kepausan dan Gereja dan pada akhirnya menjadi seorang
Mason ranking atas yang akan menjadi pendiri Persatuan Italia. Dengan dukungan
dua orang Mason terkemuka lain, Guiseppe Garibaldi dan Count di Cavour, ia
mendirikan Persatuan Italia pada tahun 1870, serta menggariskan perbatasan
Negara Kepausan di belakang batas-batasnya yang telah ada. Setelahnya, Italia
memasuki sebuah proses yang membuatnya kian menjauh dari agama, dan
mempersiapkan pondasi bagi kediktatoran fasis Mussolini di tahun 1920-an.
Singkatnya, dapat kita katakan bahwa Mazzini, Garibaldi, dan
Cavour merupakan tiga pemimpin terkemuka yang meakukan fungsi penting dalam
pertarungan melawan agama di Eropa. Mazzini bukan saja sekadar pemimpin politik
dalam pertarungan melawan agama, ia juga memegang peranan sebagai ideolog.
Slogannya ”setiap bangsa sebuah negara” adalah percikan yang memicu
pemberontakan kaum minoritas, yang menjadi penyebab keruntuhan
kekaisaran-kekaisaran multietnis, seperti Austo-Hungaria dan Kesultanan
Utsmani. Slogan Mazzini ini menjauhkan orang dari rasa persaudaraan keagamaan
mereka; merupakan sebuah seruan yang mendorong mereka ke dalam konflik etnik
antar sesamanya dan menginspirasikan mereka dengan ” kesombongan
jahiliyah.” (QS. Al Fath, 48: 26)
Fakta bahwa seruan ini datang dari kaum Mason, tepatnya, para
Mason ranking atas, tentu saja sangat signifikan. Menurut informasi dari
publikasi loge 10.000 Freemason Terkenal, Mazzini tumbuh di dalam loge Masonik,
dan bertahun-tahun kemudian, pada 1867, terpilih sebagai Imam Mason Timur Raya
Italia. Pada tahun 1949, pada sebuah upacara untuk menandai
pembukaan selubung patung Mazzini di Roma, 3.000 orang Mason dengan penuh
terima kasih mengenang Imam Besar mereka. Garibaldi, tangan kanan Mazzini,
mencapai tingkat ke-33 Dewan Tertinggi Italia di tahun 1863, dan di tahun 1864
terpilih sebagai Imam Mason Italia. Untuk mengenang Imam Mason ini, sebuah loge
dinamai Garibaldi, yang diberikan kepada ”lembah” New York dengan nomor 542.
AGENDA REVOLUSIONER
MASONIK DI RUSIA
Selain di Italia, jejak-jejak kegiatan revolusioner Masonik
juga dapat ditemui di banyak negara lain di Eropa. The Catholic Encyclopedia
menyebutkan: ” Di dalam...
gerakan-gerakan revolusioner setelahnya di Prancis, Italia, Spanyol, Portugal,
Amerika Tengah dan Selatan, badan-badan Masonik diklaim berperanan kurang lebih
aktif... Di Rusia, Freemasonry pun akhirnya muncul sebagai ‘konspirasi politis’
dari klub-klub di wilayah itu yang terorganisir secara Masonik.” 133
Persekongkolan Masonik di Rusia khususnya, menarik untuk
dikaji.
Masonry memasuki negara ini pada paro kedua abad kedelapan
belas dan menyebar luas di kalangan intelektual. Walaupun di luar tampak
sebagai klub budaya semata, di dalam loge-loge ini didiskusikan gagasan-gagasan
antiagama dan antipemerintah dari bagian-bagian Eropa lainnya. Yang pertama
kali menaruh perhatian adalah pendeta-pendeta dari Gereja Ortodoks. Para
pendeta mengirimkan informasi yang telah mereka peroleh kepada Tsar Alexander
I, yang berhubungan baik dengan Gereja, membeberkan persekongkolan Masonik
untuk menggulingkan rezim Tsar. Menanggapi itu, Tsar mengeluarkan undang-undang
di tahun 1822 untuk menutup seluruh loge Masonik di negara itu dan
menetapkannya sebagai organisasi terlarang. Walau demikian, tindakan ini tidak
dapat menyingkirkan kaum Mason; mereka terus saja bergerak di bawah tanah.
Tiga tahun setelah memberangus
loge-loge tersebut, Tsar Alexander I sakit dan mangkat. Penggantinya adalah
Tsar Nicholas I. Namun, pergantian Tsar Nicholas diwarnai serangkaian
perselisihan dan intrik, serta menimbulkan situasi kacau di negara itu. Orang-orang
tertentu yang ingin mengembalikan stabilitas dengan menumbangkan rejim tersebut
berencana mengkudeta sang Tsar baru. Mereka mempunyai banyak pendukung di
kalangan tentara. Merasa percaya diri dengan dukungan ini, sejumlah serdadu
revolusioner bersama sejumlah orang sipil bergerak ke istana Tsar di ibukota St. Petersburg pada tanggal 14 Desember 1825.
Dalam kontak senjata melawan tentara Tsar, kelompok revolusioner itu
dikalahkan. Mereka dinamai ”kelompok Desember” sesuai dengan bulan terjadinya
upaya revolusi mereka. Para pemimpin kelompok ini dibekuk dan lima orang
digantung.
Kelompok Desember tak lain daripada para Mason.... Para
perwira, intelektual, dan penulis yang membentuk kelompok tersebut adalah
anggota dari loge-loge yang dilarang oleh Tsar Alexander tiga tahun sebelumnya.
Salah satu dari Mason yang revolusioner ini adalah penulis terkemuka Count
Pushkin. 134
Meski usaha Kelompok Desember berakhir dengan kegagalan, para
Mason tidak menghentikan niat mereka untuk menggulingkan Tsar. Mereka
senantiasa memainkan peran penting dalam kelompok-kelompok penentang rezim
Tsar. Pada Revolusi Pebruari 1917, pemimpinnya, Alexander Karensky, dan hampir
semua pendukung dekatnya adalah Mason. 135 Begitu pula, pemerintahan yang baru
mayoritas terdiri dari orang-orang Mason. 136
Satu-satunya kontribusi historis Pemerintahan Kerensky di usianya yang pendek
itu adalah menyerahkan negara ke tangan Lenin dan kaum Bolsheviks pimpinannya.
MASONRY ABAD KEDUA PULUH:
DIAM-DIAM DAN DARI
KEJAUHAN
Tentunya tampak bahwa sejauh yang telah kita kaji, aktivitas
kaum Mason di negara seperti Prancis, Jerman, Italia, dan Rusia, jelas-jelas
menunjukkan sasaran Masonry berupa revolusi sosiopolitis. Masonry hendak
membangun sebuah tatanan baru di mana lembaga-lembaga keagamaan dan keyakinan
religius dihapuskan, dan untuk mencapai tujuan ini mereka telah berupaya
menggulingkan monarki-monarki pendukung agama. Pada banyak negara Eropa,
loge-loge Masonik menjadi pusat berkumpulnya para penentang agama, di sana
disusun konspirasi untuk berbagai kudeta, pemberontakan, pembunuhan, plot
politis dan politik antiagama. Di balik aneka aktivitas tersebut, baik berskala
kecil atau besar, yang telah berlangsung sejak Revolusi Prancis di tahun 1789
hingga abad kedua puluh, ditemukan pengaruh Masonry.
RITUS ANEH DI KUIL
HUMANISME
Kaum Mason ingin
menjadikan seluruh dunia sebagai sebuah “kuil”. Namun, kuil yang mereka
mimpikan bukan kuil agama sejati melainkan kuil humanisme. Mereka mengimpikan
sebuah dunia tempat humanitas diberhalakan, dan manusia telah sepenuhnya
mengingkari agama sejati, serta filosofi evolusionis dianggap sebagai
satu-satunya filosofi yang benar.
Di dalam teks Masonik, sebuah upacara
aneh yang diselenggarakan untuk maksud ini dijelaskan:
Saat ini, sebuah agama universal sedang mewujud, seperlahan-lahan mungkin, sehingga dapat memuaskan kesadaran akan artinya yang sepenuhnya…. Bersamaan dengan agama universal ini, sebuah moralitas akan terbangun sepadan dengan pandangan akan dunia…. Agama seperti ini akan menyatukan umat manusia di alam semesta. Itulah MASONRY. Agama ini akan diteruskan dari hati ke hati. Kuil agama ini kelak adalah kuil humanitas. Di antara himne yang dinyanyikan di dalam kuil ini barangkali Simfoni ke-9 Beethoven, komposisi musik paling mulia yang pernah muncul dari jiwa manusia….
Saat ini, sebuah agama universal sedang mewujud, seperlahan-lahan mungkin, sehingga dapat memuaskan kesadaran akan artinya yang sepenuhnya…. Bersamaan dengan agama universal ini, sebuah moralitas akan terbangun sepadan dengan pandangan akan dunia…. Agama seperti ini akan menyatukan umat manusia di alam semesta. Itulah MASONRY. Agama ini akan diteruskan dari hati ke hati. Kuil agama ini kelak adalah kuil humanitas. Di antara himne yang dinyanyikan di dalam kuil ini barangkali Simfoni ke-9 Beethoven, komposisi musik paling mulia yang pernah muncul dari jiwa manusia….
Alih-alih
daging dan darah banteng sebagaimana pada upacara-upacara Mithra, kita
merayakan kelahiran ini dengan memakan roti dan meminum anggur merah. Di sini
kita bersatu di dalam kepercayaan bersama yang mempunyai karakter sebuah
komuni. Di sebuah tahun baru, Saya ingin membaptiskan perjuangan suci kita ini
dan mengakhirinya: Makanlah sepotong roti lagi, saudara-saudaraku, kalian
adalah misionaris agama ini, biarlah semua orang suci yang berbagi roti ini
menjadi teman. Saudara-saudaraku, untuk menjadi saudara sedarah, minumlah
seteguk nyala lagi dari gelas anggur kalian. ( Mason, Tahun, 29, No. 40-41, 1981, hal. 105-107)
Menurut sejarawan Inggris Michael Howard, loge-loge
Masonik memfokuskan upaya mereka pada paro kedua abad kesembilan belas untuk
menumbangkan dua Kekaisaran penting yang tersisa: Kekaisaran Austro-Hungaria
dan Rusia, dan dapat mencapai sasaran mereka sebagai akibat Perang Dunia I.
Dengan kata lain, pada awal abad kedua puluh, dalam skala
luas, Masonry telah mencapai sasaran revolusi sosiopolitiknya.
Oleh karena itu, abad kedua puluh bukanlah sasaran
revolusi Masonik. Karena beranggapan tidak menghadapi halangan lagi, alih-alih
merencanakan plot-plot politik, kaum Mason lebih suka menyebarkan filosofi
mereka. Mereka menebarkan filosofi materialis dan humanis kepada massa dengan
kedok sains, atau melalui seni, media, sastra, musik dan semua wahana budaya
populer. Dengan propaganda ini kaum Mason tidak bermaksud menghapuskan
agama-agama ilahiah melalui sebuah revolusi seketika; mereka hendak mencapainya
melalui jangka panjang, dan memperkenalkan filosofi mereka kepada semua orang
sedikit demi sedikit.
Freemasonry bekerja dengan diam-diam,
namun ini adalah kerja bagaikan sebuah sungai yang dalam, yang diam-diam
mendorong menuju lautan. .137
Pendeta tinggi J.W. Taylor, dari
negara bagian Georgia di AS, membuat komentar menarik ini tentang hal yang
sama:
Pengalihan tema-tema lama dan pembentukan yang baru tidak
selalu timbul dari penyebab yang segera tampak yang ditetapkan dunia, namun merupakan kulminasi dari
prinsip-prinsip yang telah bekerja selama bertahun-tahun dalam pikiran manusia,
sampai akhirnya waktu yang tepat dan lingkungan yang sesuai menghidupkan
kebenaran laten itu... menggairahkan semua dengan sebuah penyebab umum yang
kuat dan menggerakkan bangsa-bangsa laksana satu diri menuju pewujudan akhir
yang agung. Dengan prinsip inilah Lembaga Freemasonry menyebarkan pengaruhnya
ke dunia manusia. Freemasonry bekerja secara diam-diam dan rahasia, namun
menerobos semua celah masyarakat dalam banyak relasinya, dan
mereka yang menerima banyak kebaikannya terpesona akan pencapaiannya yang luar
biasa, tetapi tidak dapat menduga dari mana datangnya. 138
Menurut majalah Voice yang
diterbitkan oleh Loge Besar di Chicago, ” Maka,
secara diam-diam namun pasti dan berkesinambungan, Masonry mengisi struktur
besar masyarakat manusia” 139
”Pengisian struktur besar” ini akan terwujud ketika dasar-dasar filosofi
Masonik materialisme, humanisme, dan Darwinisme diterima masyarakat.
Aspek paling menarik dari strategi diam-diam dan jauh ini
adalah bahwa para Mason yang melaksanakannya hampir tidak pernah mengungkapkan
bahwa hal itu dilaksanakan atas nama Masonry. Mereka melakukan pekerjaannya di
bawah berbagai identitas, judul, posisi kekuatan yang berbeda, namun mereka
menyebarkan filosofi yang mereka ambil melalui Masonry kepada masyarakat.
Seorang Imam Mason Turki, Halil Mulkus, menjelaskan ini dalam sebuah wawancara
beberapa tahun yang lalu:
Masonry sebagai Masonry tidak melakukan sesuatu pun. Masonry
menuntun pribadi-pribadi; dan pribadi-pribadi yang terlatih di sini, serta para
Mason yang berkontribusi bagi produksi perkembangan intelektual berada pada
berbagai tingkat dalam karir mereka di tempat tinggal mereka di dunia. Mereka
adalah rektor-rektor universitas, profesor, menteri negara, dokter, kepala
administrasi di rumah sakit, pengacara, dan sebagainya. Di mana pun mereka
hidup, mereka bertekad keras untuk menyebarkan ide-ide Masonik yang telah
membentuk mereka ke tengah masyarakat. 140
Namun, ide-ide ini, yang dengan gigih dikaji dan coba
diindoktrinasikan kepada masyarakat, sebagaimana telah kita pahami pada
bagian-bagian sebelumnya, tidak lebih dari kebohongan. Filosofi Masonry berakar
dari berbagai sumber seperti mitos-mitos Mesir Kuno, Yunani Kuno, dan Kabbalah.
Dalam hasrat mereka untuk menyampaikan mitos-mitos ini kepada masyarakat,
terkemas dalam paket sains dan logika, Mason menipu baik diri mereka maupun
orang lain. Dalam era globalisasi, inilah peran ”Freemasonry Global”.
Hasil dari kebohongan ini sangat merusak. Program menjauhkan
masyarakat dari agama yang dijalankan oleh Masonry di abad kedelapan belas dan
kesembilan belas, membangkitkan berbagai ideologi neo-pagan seperti rasisme dan
fasisme, serta ideologi sekuler dan kejam seperti komunisme. Penyebaran
Darwinisme sosial mengubah manusia menjadi hewan yang berjuang untuk
keberadaannya, yang hasil brutalnya muncul di paro kedua abad kesembilan belas
dan kedua puluh. Perang Dunia I adalah hasil karya para pemimpin Eropa yang,
atas anjuran Darwin, memandang perang dan pertumpahan darah sebagai kebutuhan
biologis. Selama perang, sepuluh juta orang mati sia-sia. Perang Dunia II yang
mengikutinya, yang menyebabkan kematian 55 juta orang, juga merupakan hasil
karya totalitarianisme, seperti fasisme dan komunisme, yang merupakan hasil
dari benih sekularisme militan yang ditaburkan oleh kaum Mason. Di seluruh
penjuru dunia, selama abad kedua puluh, semua perang, konflik, kekejaman,
kesewenang-wenangan, eksploitasi, kelaparan, dan kemerosotan moral yang
destruktif, pada dasarnya adalah produk dari berbagai filosofi dan ideologi tak
beragama. (Untuk rinciannya, lihat karya Harun Yahya, Bencana Kemanusiaan Akibat Darwinisme).
Singkatnya, filosofi Masonry telah berbuah kepahitan.
Kejadiannya tidak bisa sebaliknya sebagaimana pada hukum ilahiyah. Secara
historis, orang-orang pagan yang menolak agama Tuhan itu, dengan merujuk pada
berbagai mitologi tradisional dan agama nenek moyang mereka, menempuh jalan
menuju kehancuran. Freemasonry, sebuah pewujudan masa kini dari paganisme ini,
sedang menyeret diri mereka, dan seluruh dunia kepada jurang kebinasaan.
Oleh karena itulah umat manusia harus melindungi diri dari
potensi malapetaka ini, dengan mengatasi intimidasi dari apa dirujuk oleh
Bediuzzaman Said Nursi, seorang sarjana Islam, sebagai ”penyakit yang bernama
materialisme dan naturalisme”, dan dengan begitu mempertahankan keimanan
masyarakat.
Kesimpulan
Masonry telah menjadi salah satu fenomena paling menarik pada
dua abad terakhir. Dengan mudah, Masonry menarik peminat karena karakternya
yang tertutup, eksklusif, dan mistis. Sementara itu, timbul antipati
terhadapnya; saat Masonry berupaya mengiklankan dirinya sebagai sebuah ”lembaga
amal yang tidak berbahaya”, oposisi yang gigih pun tumbuh sebagai akibat
berbagai klaimnya yang kontradiktif.
Namun, yang semestinya dilakukan
untuk menghadapi Masonry bukanlah dengan menjalankan agenda anti-Masonik yang
membuta, namun dengan mengkaji dan menunjukkan ketidaksahihan dari filosofi
jahat yang dianut dan dipaksakan organisasi ini kepada umat manusia.
Sarjana Islam yang terkemuka, Bediuzzaman Said Nursi menguraikan
dalam sebuah alinea kerangka utama tugas ini:
Kelahiran arus tiranik filosofi naturalis dan materialis
secara bertahap akan menjadi kuat dan menyebar pada akhir zaman, melalui
filosofi materialis yang mencapai derajat pengingkaran akan Tuhan.... Cukup
jelaslah kiranya betapa bodoh lawakan dari manusia yang lemah, yang dapat
dikalahkan oleh seekor lalat dan tidak dapat menciptakan walaupun sebuah sayap
lalat, untuk mengklaim posisi ketuhanan. 141
Dengan kata lain, arus gagasan materialis yang akan muncul
pada akhir zaman akan bertindak sampai sejauh menolak keberadaan Tuhan. Sebagai
jawaban, harus ditunjukkan betapa ini merupakan ”lawakan bodoh”, dan
bukti-bukti keberadaan Tuhan sebagaimana diungkapkan di dalam Al Quran harus
ditunjukkan.
Inilah cara untuk mendekati pertarungan melawan Masonry.
Yang penting untuk dilakukan adalah menggugurkan dan mengatasi filosofi
Masonik. Perlu dihancurkan pengaruh pemikiran organisasi ini, yang secara
diam-diam dan dari jarak jauh melakukan kampanye propaganda massa, dan
menjauhkan manusia dari keimanan mereka dan membawa mereka meninggalkan agama
mereka kepada mitos-mitos materialis, humanis, dan Darwinis. Apalagi, aliran
ini perlu dibalikkan, dan orang-orang perlu diinformasikan tengan keberadaan
Tuhan, keesaan-Nya, dan kebenaran agama. Dan, ini harus dilakukan setidaknya
setenang dan sesabar para Mason.
Seberarnya, ini bukanlah pertarungan melawan Masonry
karena sasarannya juga untuk menyelamatkan para Mason yang juga tertipu.
Perintah di dalam Al Quran kepada kaum 'Ad dan Tsamud berlaku bagi para Mason:
”Dan syaitan
menjadikan mereka memandang baik perbuatan-perbuatan mereka, lalu ia
menghalangi mereka dari jalan, sedangkan mereka adalah orang-orang berpandangan
tajam.” (QS. Al Ankabuut, 29: 38)
Sasarannya adalah untuk menunjukkan kebenaran kepada
semua orang, termasuk para Mason, dan menyelamatkan mereka dari kesalahan.
Sebuah ciri dari akhir zaman adalah mudahnya pertarungan
ini bagi orang yang beriman. Ini karena sains, yang telah digunakan kaum Mason
untuk mendukung filosofi mereka selama dua ratus tahun terakhir, sekarang telah
berbalik menentang mereka. Teori evolusi, yang telah memberikan dukungan bagi
materialisme dan humanisme, telah berada dalam kemerosotan tajam semenjak tahun
1970-an. Catatan fosil dengan jelas menyangkal klaim-klaim teori ini, dengan
mengungkapkan bahwa spesies muncul secara seketika dan sudah terbentuk
sempurna, tanpa ”nenek moyang evolusioner”. Biokimia, yang mengkaji aspek-aspek
halus dari makhluk hidup, telah menunjukkan contoh-contoh menakjubkan dari
perancangan yang tidak dapat dijelaskan dengan kerangka sebab alamiah. Perbandingan
genetik telah mengungkapkan bahwa spesies yang dianggap kerabat dekat menurut
”pohon kehidupan” Darwinis, pada kenyataannya sangat berbeda dalam susunan
genetik. Sains telah memberontak melawan teori evolusi, sebuah fakta yang tidak
dapat disembunyikan lebih jauh lagi oleh para evolusionis. Penting untuk
menggunakan bukti-bukti yang diajukan sains dan menginformasikan kepada
masyarakat ketidaksahihan filosofi materialis-humanis.
Masonry dengan
berbagai metode propaganda yang efektif telah mampu sekian lama membuat
masyarakat menerima sebuah pemikiran keliru. Menjelaskan kebenaran dan menolong
manusia menerimanya jauh lebih mudah.
Ketika orang Muslim mengambil alih tugas ini, dengan izin
Allah, pernyataan berikut ini akan terwujud: ” Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu
yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap.
Dan kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu menyifati.” (QS. Al
Anbiyaa’, 21: 18)
Maka, abad kedua puluh satu tidak akan menjadi abad ”Freemasonry
Global” sebagaimana diharapkan oleh para Mason, namun menjadi abad moralitas
Islam.
Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau,
tidak ada yang kami ketahui selain apa yang
telah Engkau ajarkan kepada kami;
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(QS. Al Baqarah, 2: 32)
tidak ada yang kami ketahui selain apa yang
telah Engkau ajarkan kepada kami;
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(QS. Al Baqarah, 2: 32)
Daftar Pustaka:
1 World Book Encyclopedia, "Crusades," Contributor:
Donald E. Queller, Ph.D., Prof. of History, Univ. of Illinois,
Urbana-Champaign, World Book Inc., 1998
2 Geste Francorum, or the Deeds of the Franks and the Other Pilgrims to Jerusalem, trans. Rosalind Hill, London, 1962, hal.91, (penekanan ditambahkan)
3 August C. Krey, The First Crusade: The Accounts of Eye-Witnesses and Participants, Princeton & London, 1921, hal.261, (penekanan ditambahkan)
4 August C. Krey, The First Crusade: The Accounts of Eye-Witnesses and Participants, Princeton & London, 1921, hal.262
5 Michael Baigent, Richard Leigh, The Temple and the Lodge, London, Corgi Books, 1990, hal. 78-81
6 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924, Chapter 3
7 For this thesis about Freemasonry, see. John J. Robinson, Born in Blood: The Lost Secrets of Freemasonry, New York, M. Evans & Company, 1989
8 Ender Arkun, "Masonlarin Dusunce Evrimine Katkisina Kisa Bir Bakis" (A Short Look at the Contribution of Freemasonry to the Evolution of Thought), Mimar Sinan, 1990, No. 77, hal.68, (penekanan ditambahkan)
9 Teoman Biyikoglu, "Tampliyeler ve Hurmasonlar" (Templars and Freemasons), Mimar Sinan, 1997, No.106, hal.11, (penekanan ditambahkan)
10 Teoman Biyikoglu, "Tampliyeler ve Hurmasonlar" (Templars and Freemasons), Mimar Sinan, 1997, No.106, hal.9, (penekanan ditambahkan)
11 Teoman Biyikoglu, "Tampliyeler ve Hurmasonlar" (Templars and Freemasons), Mimar Sinan, 1997, No.106, hal.19, (penekanan ditambahkan)
12 Christopher Knight and Robert Lomas, The Hiram Key, Arrow Books, 1997, hal.37
13 G. Delaforge, The Templar Tradition in the Age of Aquarius; Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, hal.37, (penekanan ditambahkan)
14 C. Wilson, The Excavation of Jerusalem, Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, hal.38
15 Murat Ozgen Ayfer, Masonluk Nedir ve Nasildir? (What is Freemasonry and What is it Like?), Istanbul 1992, hal.298-299, (penekanan ditambahkan)
16 Gougenot des Mousseaux in Le Juif, La Judaïsme et la Judaïsation des Peuples Chrétiens, 2nd edition, 1886, hal. 499
17 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924; hal.9
18 Theodore Reinach, Histoire des Israélites, hal.221, and Salomon Reinach, Orpheus, hal. 299, (penekanan ditambahkan)
19 Fabre d'Olivet, La Langue Hébraïque, 1815, hal.28, (penekanan ditambahkan)
20 Mason Dergisi (The Journal of Freemasonry), No. 48-49, hal.67, (penekanan ditambahkan)
21 Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, Arrow Books, London, 1997, hal. 131, (penekanan ditambahkan)
22 Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, Arrow Books, London, 1997, hal. 131
2 Geste Francorum, or the Deeds of the Franks and the Other Pilgrims to Jerusalem, trans. Rosalind Hill, London, 1962, hal.91, (penekanan ditambahkan)
3 August C. Krey, The First Crusade: The Accounts of Eye-Witnesses and Participants, Princeton & London, 1921, hal.261, (penekanan ditambahkan)
4 August C. Krey, The First Crusade: The Accounts of Eye-Witnesses and Participants, Princeton & London, 1921, hal.262
5 Michael Baigent, Richard Leigh, The Temple and the Lodge, London, Corgi Books, 1990, hal. 78-81
6 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924, Chapter 3
7 For this thesis about Freemasonry, see. John J. Robinson, Born in Blood: The Lost Secrets of Freemasonry, New York, M. Evans & Company, 1989
8 Ender Arkun, "Masonlarin Dusunce Evrimine Katkisina Kisa Bir Bakis" (A Short Look at the Contribution of Freemasonry to the Evolution of Thought), Mimar Sinan, 1990, No. 77, hal.68, (penekanan ditambahkan)
9 Teoman Biyikoglu, "Tampliyeler ve Hurmasonlar" (Templars and Freemasons), Mimar Sinan, 1997, No.106, hal.11, (penekanan ditambahkan)
10 Teoman Biyikoglu, "Tampliyeler ve Hurmasonlar" (Templars and Freemasons), Mimar Sinan, 1997, No.106, hal.9, (penekanan ditambahkan)
11 Teoman Biyikoglu, "Tampliyeler ve Hurmasonlar" (Templars and Freemasons), Mimar Sinan, 1997, No.106, hal.19, (penekanan ditambahkan)
12 Christopher Knight and Robert Lomas, The Hiram Key, Arrow Books, 1997, hal.37
13 G. Delaforge, The Templar Tradition in the Age of Aquarius; Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, hal.37, (penekanan ditambahkan)
14 C. Wilson, The Excavation of Jerusalem, Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, hal.38
15 Murat Ozgen Ayfer, Masonluk Nedir ve Nasildir? (What is Freemasonry and What is it Like?), Istanbul 1992, hal.298-299, (penekanan ditambahkan)
16 Gougenot des Mousseaux in Le Juif, La Judaïsme et la Judaïsation des Peuples Chrétiens, 2nd edition, 1886, hal. 499
17 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924; hal.9
18 Theodore Reinach, Histoire des Israélites, hal.221, and Salomon Reinach, Orpheus, hal. 299, (penekanan ditambahkan)
19 Fabre d'Olivet, La Langue Hébraïque, 1815, hal.28, (penekanan ditambahkan)
20 Mason Dergisi (The Journal of Freemasonry), No. 48-49, hal.67, (penekanan ditambahkan)
21 Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, Arrow Books, London, 1997, hal. 131, (penekanan ditambahkan)
22 Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, Arrow Books, London, 1997, hal. 131
23 Richard Rives, Too Long in the Sun, Partakers Pub., 1996,
hal. 130-31
24 Murat Ozgen Ayfer, Masonluk Nedir ve Nasildir? (What is Freemasonry?), Istanbul, 1992, hal. 298-299
25 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924, (penekanan ditambahkan)
26 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924; Theodore Reinach, Histoire des Israélites, hal. 221, Salomon Reinach, Orpheus, hal. 299, (penekanan ditambahkan)
27 Lance S. Owens, Joseph Smith and Kabbalah: The Occult Connection, Dialogue: A Journal of Mormon Thought, Vol. 27, No. 3, Fall 1994, hal. 117-194
28 Lance S. Owens, Joseph Smith and Kabbalah: The Occult Connection, Dialogue: A Journal of Mormon Thought, Vol. 27, No. 3, Fall 1994, hal. 117-194, (penekanan ditambahkan)
29 Eliphas Lévi, Histoire de la Magie, hal. 273; Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co. Ltd., London, 1924
30 Umberto Eco, Foucault's Pendulum, Translated from the Italian by William Weaver, A Helen and Kurt Wolff Book, Harcourt Brace Jovanovich, Publishers, hal. 450, (penekanan ditambahkan)
31 For further information, see, John J. Robinson, Born in Blood: The Lost Secrets of Freemasonry, New York: M. Evans & Company, 1989
32 Encyclopaedia Judaica, vol. 10, hal. 759.
24 Murat Ozgen Ayfer, Masonluk Nedir ve Nasildir? (What is Freemasonry?), Istanbul, 1992, hal. 298-299
25 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924, (penekanan ditambahkan)
26 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924; Theodore Reinach, Histoire des Israélites, hal. 221, Salomon Reinach, Orpheus, hal. 299, (penekanan ditambahkan)
27 Lance S. Owens, Joseph Smith and Kabbalah: The Occult Connection, Dialogue: A Journal of Mormon Thought, Vol. 27, No. 3, Fall 1994, hal. 117-194
28 Lance S. Owens, Joseph Smith and Kabbalah: The Occult Connection, Dialogue: A Journal of Mormon Thought, Vol. 27, No. 3, Fall 1994, hal. 117-194, (penekanan ditambahkan)
29 Eliphas Lévi, Histoire de la Magie, hal. 273; Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co. Ltd., London, 1924
30 Umberto Eco, Foucault's Pendulum, Translated from the Italian by William Weaver, A Helen and Kurt Wolff Book, Harcourt Brace Jovanovich, Publishers, hal. 450, (penekanan ditambahkan)
31 For further information, see, John J. Robinson, Born in Blood: The Lost Secrets of Freemasonry, New York: M. Evans & Company, 1989
32 Encyclopaedia Judaica, vol. 10, hal. 759.
33 Encarta® World English Dictionary © 1999 Microsoft
Corporation. Developed for Microsoft by Bloomsbury Publishing Plc.
34 Lamont, The Philosophy of Humanism, 1977, hal. 116
35 http://www.jjnet.com/archives/documents/humanist.htm)
36 Henry Margenau, Roy Abraham Vargesse, Cosmos, Bios, Theos. La Salle IL, Open Court Publishing, 1992, hal. 241
37 Patrick Glynn, God: The Evidence, The Reconciliation of Faith and Reason in a Postsecular World, Prima Publishing, California, 1997, hal. 61
38 http://www.garymcleod.org/2/johnd/humanist.htm)
39 Malachi Martin, The Keys of This Blood: The Struggle for World Dominion Between Pope John Paul II, Mikhail Gorbachev, and the Capitalist West, New York, Simon & Schuster, 1990, hal. 519-520, (penekanan ditambahkan)
40 Malachi Martin, The Keys of This Blood, hal. 520
41 Malachi Martin, The Keys of This Blood, hal. 521-522
42 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes V, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 73, (penekanan ditambahkan)
43 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes VI, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 79, (penekanan ditambahkan)
44 Mimar Sinan, 1989, No. 72, hal. 45, (penekanan ditambahkan)
45 Selamet Mahfilinde Uc Konferans (Three Confrences in Safety Society), hal. 51, (penekanan ditambahkan)
46 Manly hal. Hall, The Lost Keys of Freemasonry, Philosophical Research Society; 1996, hal. 54-55
47 J. D. Buck, Mystic Masonry, Kessinger Publishing Company, September 1990, hal. 216, (penekanan ditambahkan)
48 "Masonluk Iddia Edildigi Gibi Gizli Bir Tesekkul mudur?" (Is Freemasonry a Secret Organization as It is Claimed to be?) (Mim Kemal Oke, Turk Mason Dergisi (The Turkish Mason Magazine), No. 15, July 1954, (penekanan ditambahkan)
49 Franz Simecek, Turkiye Fikir ve Kultur Dernegi E. ve K. S. R. Sonuncu ve 33. Derecesi Turkiye Yuksek Surasi, 24. Konferans, (Turkish Society of Idea and Culture, 33rd degree, Turkey Supreme Meeting, 24th conference), Istanbul, 1973, hal. 46, (penekanan ditambahkan)
50 http://www.mason.org.tr/uzerine.html, (penekanan ditambahkan)
51 Dr. Selami Isindag, Ucuncu Derece Rituelinin Incelenmesi (The Examination of the Third Degree Ritual), Mason Dernegi (Masonic Society) Publications: 4, Istanbul, 1978, hal. 15, (penekanan ditambahkan)
52 Harun Yahya, Komunizm Pusuda (Communism in Ambush),Vural Publishing, Istanbul, April 2001, hal. 25
53 Moiz Berker, "Gercek Masonluk" (Real Freemasonry), Mimar Sinan, 1990, No. 77, hal. 23, (penekanan ditambahkan)
54 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes IV, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 62, (penekanan ditambahkan)
55 Dr. Selami Isindag, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 145-146, (penekanan ditambahkan)
56 Dr. Selami Isindag, "Olumlu Bilim-Aklin Engelleri ve Masonluk" (Positive Science-The Obstacles of Mind and Freemasonry), Mason Dergisi, year 24, No. 25-26 (December 76-March 77), (penekanan ditambahkan)
57 Ibrahim Baytekin, Ayna (Mirror), Ocak 1999, No: 19, hal. 4, (penekanan ditambahkan)
58 Dr. Selami Isindag, Masonluk Ustune (On Freemasonry), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 32, (penekanan ditambahkan)
34 Lamont, The Philosophy of Humanism, 1977, hal. 116
35 http://www.jjnet.com/archives/documents/humanist.htm)
36 Henry Margenau, Roy Abraham Vargesse, Cosmos, Bios, Theos. La Salle IL, Open Court Publishing, 1992, hal. 241
37 Patrick Glynn, God: The Evidence, The Reconciliation of Faith and Reason in a Postsecular World, Prima Publishing, California, 1997, hal. 61
38 http://www.garymcleod.org/2/johnd/humanist.htm)
39 Malachi Martin, The Keys of This Blood: The Struggle for World Dominion Between Pope John Paul II, Mikhail Gorbachev, and the Capitalist West, New York, Simon & Schuster, 1990, hal. 519-520, (penekanan ditambahkan)
40 Malachi Martin, The Keys of This Blood, hal. 520
41 Malachi Martin, The Keys of This Blood, hal. 521-522
42 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes V, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 73, (penekanan ditambahkan)
43 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes VI, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 79, (penekanan ditambahkan)
44 Mimar Sinan, 1989, No. 72, hal. 45, (penekanan ditambahkan)
45 Selamet Mahfilinde Uc Konferans (Three Confrences in Safety Society), hal. 51, (penekanan ditambahkan)
46 Manly hal. Hall, The Lost Keys of Freemasonry, Philosophical Research Society; 1996, hal. 54-55
47 J. D. Buck, Mystic Masonry, Kessinger Publishing Company, September 1990, hal. 216, (penekanan ditambahkan)
48 "Masonluk Iddia Edildigi Gibi Gizli Bir Tesekkul mudur?" (Is Freemasonry a Secret Organization as It is Claimed to be?) (Mim Kemal Oke, Turk Mason Dergisi (The Turkish Mason Magazine), No. 15, July 1954, (penekanan ditambahkan)
49 Franz Simecek, Turkiye Fikir ve Kultur Dernegi E. ve K. S. R. Sonuncu ve 33. Derecesi Turkiye Yuksek Surasi, 24. Konferans, (Turkish Society of Idea and Culture, 33rd degree, Turkey Supreme Meeting, 24th conference), Istanbul, 1973, hal. 46, (penekanan ditambahkan)
50 http://www.mason.org.tr/uzerine.html, (penekanan ditambahkan)
51 Dr. Selami Isindag, Ucuncu Derece Rituelinin Incelenmesi (The Examination of the Third Degree Ritual), Mason Dernegi (Masonic Society) Publications: 4, Istanbul, 1978, hal. 15, (penekanan ditambahkan)
52 Harun Yahya, Komunizm Pusuda (Communism in Ambush),Vural Publishing, Istanbul, April 2001, hal. 25
53 Moiz Berker, "Gercek Masonluk" (Real Freemasonry), Mimar Sinan, 1990, No. 77, hal. 23, (penekanan ditambahkan)
54 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes IV, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 62, (penekanan ditambahkan)
55 Dr. Selami Isindag, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 145-146, (penekanan ditambahkan)
56 Dr. Selami Isindag, "Olumlu Bilim-Aklin Engelleri ve Masonluk" (Positive Science-The Obstacles of Mind and Freemasonry), Mason Dergisi, year 24, No. 25-26 (December 76-March 77), (penekanan ditambahkan)
57 Ibrahim Baytekin, Ayna (Mirror), Ocak 1999, No: 19, hal. 4, (penekanan ditambahkan)
58 Dr. Selami Isindag, Masonluk Ustune (On Freemasonry), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 32, (penekanan ditambahkan)
59 Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, Arrow
Books, London, 1997, hal. 131, (penekanan ditambahkan)
60 Dr. Selami Isindag, Kurulusundan Bugune Masonluk ve Bizler (Freemasonry and Us: From Its Establishment Until Today), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 274-275, (penekanan ditambahkan)
61 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes VII, Masonlukta Yorumlama Vardir Ama Putlastirma Yoktur (There is No Idolization in Freemasonry but Interpretation), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 120, (penekanan ditambahkan)
62 Celil Layiktez, "Masonik Sir, Ketumiyet Nedir? Ne Degildir?" (Masonic Secret, What is Secrecy?), Mimar Sinan, 1992, No. 84, hal. 27-29, (penekanan ditambahkan)
63 Dr. Cahit Bergil, "Masonlugun Lejander Devri" (The Lejander Age of Freemasonry), Mimar Sinan, 1992, No. 84, hal. 75, (penekanan ditambahkan)
64 Oktay Gok, "Eski Misirda Tekris" (Initiation in Ancient Egypt), Mimar Sinan, 1995, Vol. 95, hal. 62-63, (penekanan ditambahkan)
65 Dr. Cahit Bergil, "Masonlugun Lejander Devri" (The Lejander Age of Freemasonry) , Mimar Sinan, 1992, No. 84, hal. 74, (penekanan ditambahkan)
66 Resit Ata, "Çile: Tefekkur Hucresi" (Ordeal: Reflection Cell), Mimar Sinan, 1984, No. 53, hal. 61, (penekanan ditambahkan)
67 Rasim Adasal, "Masonlugun Sosyal Kaynaklari ve Amaclari" (The Social Origins and Aims of Freemasonry), Mimar Sinan, December 1968, No. 8, hal. 26
68 Robert Hieronimus, America's Secret Destiny: Spiritual Vision and the Founding of a Nation, Vermont, Destiny Books, 1989, hal. 84, (penekanan ditambahkan)
69 Koparal Çerman, "Rituellerimizdeki Allegori ve Semboller" (Allegory and Symbols in our Rituals), Mimar Sinan, 1997, No. 106, hal. 34
70 Michael Howard, The Occult Conspiracy: The Secret History of Mystics, Templars, Masons and Occult Societies, 1st ed., London, Rider, 1989, hal. 8
71 Michael Howard, The Occult Conspiracy: The Secret History of Mystics, Templars, Masons and Occult Societies, 1st ed., London, Rider, 1989, hal. 9
72 Koparal Çerman, "Rituellerimizdeki Allegori ve Semboller" (Allegory and Symbols in our Rituals), Mimar Sinan, 1997, No. 106, hal. 38, (penekanan ditambahkan)
73 Christopher Knight ve Robert Lomas, The Hiram Key, hal. 188
74 Christopher Knight ve Robert Lomas, The Hiram Key, hal. 188
75 Orhan Tanrikulu, "Kadinin Mason Toplumundaki Yeri" (The Woman's Place in Masonic Society), Mimar Sinan, 1987, No. 63, hal. 46
76 Koparal Çerman, "Rituellerimizdeki Allegori ve Semboller" (Allegory and Symbols in our Rituals), Mimar Sinan, 1997, No. 106, hal. 39, (penekanan ditambahkan)
77 Resit Ata, "Bir Fantezi: Mitoloji'den Masonluga" (A Fantasy: From Mythology to Freemasonry), Mimar Sinan, 1980, No. 38, hal. 59, (penekanan ditambahkan)
78 Albert Pike, Morals and Dogma, Kessinger Publishing Company, October 1992, hal. 839
79 Michael Howard, The Occult Conspiracy: The Secret History of Mystics, Templars, Masons and Occult Societies, 1st ed., London, Rider, 1989, hal. 2-3, (penekanan ditambahkan)
80 Previous Master Mason Enver Necdet Egeran, Gercek Yuzuyle Masonluk (Freemasonry Unveiled) , Basnur Press, Ankara, 1972, hal. 8-9, (penekanan ditambahkan)
81 Dr. Selami Isindag, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 189, (penekanan ditambahkan)
82 Dr. Selami Isindag, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 190, (penekanan ditambahkan)
83 Dr. Selami Isindag, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 189-190, (penekanan ditambahkan)
84 Hasan Erman, "Masonlukta Olum Sonrasi" (After Death in Freemasonry), Mimar Sinan, 1977, No. 24, hal. 57
85 Dr. Selami Isindag, Masonlugun Kendine Ozgu Bir Felsefesi Var Midir, Yok Mudur? (Does Freemasonry Have an Original Philosophy or Not?), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 97, (penekanan ditambahkan)
86 Wilder Penfield, The Mystery of the Mind: A Critical Study of Consciousness and the Human Brain, Princeton, New Jersey, Princeton University Press, 1975, hal. 80, (penekanan ditambahkan)
87 Roger Penrose, The Emperor's New Mind, Penguin Books, 1989, hal. 24-25, (penekanan ditambahkan)
88 Roger Penrose, The Emperor's New Mind, Penguin Books, 1989, hal. 448
89 Onur Ayangil, "Yeni Gnose" (New Gnosis), Mimar Sinan, 1977, No. 25, hal. 20, (penekanan ditambahkan)
90 Enis Ecer, "Gercegin Yolu" (The Path of the Truth), Mimar Sinan, 1979, No. 30, hal. 29, (penekanan ditambahkan)
91 Faruk Erengul, "Evrende Zeka" (Intelligence in the Universe), Mimar Sinan, 1982, No. 46, hal. 27, (penekanan ditambahkan)
92 Albert Arditti, "Hurriyet-Disiplin-Dinamizm-Statizm" (Freedom-Discipline-Dynamism-Statism), Mimar Sinan, 1974, No. 15, hal. 23
93 Naki Cevad Akkerman, "Bilimsel Acidan Dayanisma Kavrami ve Evrimi Uzerine Dusunceler II" (Thoughts About The Concept and the Evolution of Solidarity from the Scientific Point of View II), Mimar Sinan, 1976, No. 20, hal. 49, (penekanan ditambahkan)
60 Dr. Selami Isindag, Kurulusundan Bugune Masonluk ve Bizler (Freemasonry and Us: From Its Establishment Until Today), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 274-275, (penekanan ditambahkan)
61 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes VII, Masonlukta Yorumlama Vardir Ama Putlastirma Yoktur (There is No Idolization in Freemasonry but Interpretation), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 120, (penekanan ditambahkan)
62 Celil Layiktez, "Masonik Sir, Ketumiyet Nedir? Ne Degildir?" (Masonic Secret, What is Secrecy?), Mimar Sinan, 1992, No. 84, hal. 27-29, (penekanan ditambahkan)
63 Dr. Cahit Bergil, "Masonlugun Lejander Devri" (The Lejander Age of Freemasonry), Mimar Sinan, 1992, No. 84, hal. 75, (penekanan ditambahkan)
64 Oktay Gok, "Eski Misirda Tekris" (Initiation in Ancient Egypt), Mimar Sinan, 1995, Vol. 95, hal. 62-63, (penekanan ditambahkan)
65 Dr. Cahit Bergil, "Masonlugun Lejander Devri" (The Lejander Age of Freemasonry) , Mimar Sinan, 1992, No. 84, hal. 74, (penekanan ditambahkan)
66 Resit Ata, "Çile: Tefekkur Hucresi" (Ordeal: Reflection Cell), Mimar Sinan, 1984, No. 53, hal. 61, (penekanan ditambahkan)
67 Rasim Adasal, "Masonlugun Sosyal Kaynaklari ve Amaclari" (The Social Origins and Aims of Freemasonry), Mimar Sinan, December 1968, No. 8, hal. 26
68 Robert Hieronimus, America's Secret Destiny: Spiritual Vision and the Founding of a Nation, Vermont, Destiny Books, 1989, hal. 84, (penekanan ditambahkan)
69 Koparal Çerman, "Rituellerimizdeki Allegori ve Semboller" (Allegory and Symbols in our Rituals), Mimar Sinan, 1997, No. 106, hal. 34
70 Michael Howard, The Occult Conspiracy: The Secret History of Mystics, Templars, Masons and Occult Societies, 1st ed., London, Rider, 1989, hal. 8
71 Michael Howard, The Occult Conspiracy: The Secret History of Mystics, Templars, Masons and Occult Societies, 1st ed., London, Rider, 1989, hal. 9
72 Koparal Çerman, "Rituellerimizdeki Allegori ve Semboller" (Allegory and Symbols in our Rituals), Mimar Sinan, 1997, No. 106, hal. 38, (penekanan ditambahkan)
73 Christopher Knight ve Robert Lomas, The Hiram Key, hal. 188
74 Christopher Knight ve Robert Lomas, The Hiram Key, hal. 188
75 Orhan Tanrikulu, "Kadinin Mason Toplumundaki Yeri" (The Woman's Place in Masonic Society), Mimar Sinan, 1987, No. 63, hal. 46
76 Koparal Çerman, "Rituellerimizdeki Allegori ve Semboller" (Allegory and Symbols in our Rituals), Mimar Sinan, 1997, No. 106, hal. 39, (penekanan ditambahkan)
77 Resit Ata, "Bir Fantezi: Mitoloji'den Masonluga" (A Fantasy: From Mythology to Freemasonry), Mimar Sinan, 1980, No. 38, hal. 59, (penekanan ditambahkan)
78 Albert Pike, Morals and Dogma, Kessinger Publishing Company, October 1992, hal. 839
79 Michael Howard, The Occult Conspiracy: The Secret History of Mystics, Templars, Masons and Occult Societies, 1st ed., London, Rider, 1989, hal. 2-3, (penekanan ditambahkan)
80 Previous Master Mason Enver Necdet Egeran, Gercek Yuzuyle Masonluk (Freemasonry Unveiled) , Basnur Press, Ankara, 1972, hal. 8-9, (penekanan ditambahkan)
81 Dr. Selami Isindag, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 189, (penekanan ditambahkan)
82 Dr. Selami Isindag, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 190, (penekanan ditambahkan)
83 Dr. Selami Isindag, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 189-190, (penekanan ditambahkan)
84 Hasan Erman, "Masonlukta Olum Sonrasi" (After Death in Freemasonry), Mimar Sinan, 1977, No. 24, hal. 57
85 Dr. Selami Isindag, Masonlugun Kendine Ozgu Bir Felsefesi Var Midir, Yok Mudur? (Does Freemasonry Have an Original Philosophy or Not?), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 97, (penekanan ditambahkan)
86 Wilder Penfield, The Mystery of the Mind: A Critical Study of Consciousness and the Human Brain, Princeton, New Jersey, Princeton University Press, 1975, hal. 80, (penekanan ditambahkan)
87 Roger Penrose, The Emperor's New Mind, Penguin Books, 1989, hal. 24-25, (penekanan ditambahkan)
88 Roger Penrose, The Emperor's New Mind, Penguin Books, 1989, hal. 448
89 Onur Ayangil, "Yeni Gnose" (New Gnosis), Mimar Sinan, 1977, No. 25, hal. 20, (penekanan ditambahkan)
90 Enis Ecer, "Gercegin Yolu" (The Path of the Truth), Mimar Sinan, 1979, No. 30, hal. 29, (penekanan ditambahkan)
91 Faruk Erengul, "Evrende Zeka" (Intelligence in the Universe), Mimar Sinan, 1982, No. 46, hal. 27, (penekanan ditambahkan)
92 Albert Arditti, "Hurriyet-Disiplin-Dinamizm-Statizm" (Freedom-Discipline-Dynamism-Statism), Mimar Sinan, 1974, No. 15, hal. 23
93 Naki Cevad Akkerman, "Bilimsel Acidan Dayanisma Kavrami ve Evrimi Uzerine Dusunceler II" (Thoughts About The Concept and the Evolution of Solidarity from the Scientific Point of View II), Mimar Sinan, 1976, No. 20, hal. 49, (penekanan ditambahkan)
94 Mason Dergisi (Journal of Freemasonry), No. 48-49, hal. 67
95 Mason Dergisi (Journal of Freemasonry), No. 48-49, hal. 67, (penekanan ditambahkan)
96 Dr. Selami Isindag, Kurulusundan Bugune Masonluk ve Bizler (Freemasonry and Us: From Its Establishment Until Today), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 274-275, (penekanan ditambahkan)
97 Dr. Selami Isindag, Kurulusundan Bugune Masonluk ve Bizler (Freemasonry and Us: From Its Establishment Until Today), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 274-275
98 Pocock, in; Edmund Burke, Reflections on the Revolution in France, ed. J. G. A. Pocock, Indianapolis: Hackett Publishing Company, 1987, hal. 33-38
99 Desmond King-Hele, Doctor of Revolution: The Life and Times of Erasmus Darwin, Faber & Faber, London, 1977, hal. 361
100 Henry Morris, The Long War Against God, hal. 178
101 William R. Denslow, 10,000 Famous Freemasons, vol. I. Macoy Publishing & Macoy Supply Co., Inc. Ricmond, Virginia, 1957, hal. 285
102 William R. Denslow, 10,000 Famous Freemasons, vol. I. Macoy Publishing & Macoy Supply Co., Inc. Ricmond, Virginia, 1957, hal. 285
103 Henry Morris, The Long War Against God, hal. 198. Order of the Illuminati, which was founded in Bavaria, Germany in 1776 was a kind of a Masonic lodge. The founder of the Illuminati, Dr. Adam Weishaupt, was a Jew. He enumerated the goals of the Order as follows: 1- To abolish all monarchies and regular governments, 2- To abolish the personal property and inheritance, 3- To abolish the family life and the marriage institution and to establish a communal education system for children, 4- To abolish all religions. (see, Eustace Mullins, The World Order: Our Secret Rulers, hal. 5; Lewis Spence, The Encyclopedia of the Occult, hal. 223)
104 Henry Morris, The Long War Against God, Master Books, April 2000, hal. 198
105 Pope Leo XIII, Humanum Genus, "Encyclical on Freemasonry," promulgated on April 20, 1984.(penekanan ditambahkan)
106 Henry Morris, The Long War Against God, hal. 60
107 For Huxley's Masonry, see (Albert G. Mackey. "Charles Darwin and Freemasonry." An Encyclopedia of Freemasonry, New York: The Masonic History Company, 1921, Vol. III.) Royal Society or with the full name The Royal Society of London for The Improvement of Natural Knowledge was founded in 1662. All the members of the society were all Masons without an exception. See, John J. Robinson, Born in Blood, hal. 285
108 For the support Royal Society gave to Darwinism, see Henry Morris, The Long War Against God, hal. 156-57
109 Anton Pannekoek, Marxism And Darwinism, Translated by Nathan Weiser. Transcribed for the Internet by Jon Muller, Chicago, Charles H. Kerr & Company Co-operative Copyright, 1912 by Charles H. Kerr & Company, (penekanan ditambahkan)
(http://www.marxists.org/archive/pannekoe/works/1912-dar.htm)
110 Dr. Selami Isindag, "Bilginin Gelismesinde Engeller ve Masonluk" (Obstacles in the Development of Knowledge and Freemasonry), 1962 Annual Bulletin of the Turkish Grand Lodge of Free and Accepted Masons hal. 44, (penekanan ditambahkan)
111 Francis Darwin, Life and Letters of Charles Darwin, Vol.II, from charles Darwin to J. Do Hooker, March 29, 1963
112 Fred Hoyle, Chandra Wickramasinghe, Evolution from Space, hal. 130, (penekanan ditambahkan)
113 Dr. Selami Isindag, Evrim Yolu (The Way of Evolution), Istanbul1979, hal. 141, (penekanan ditambahkan)
114 hal. M. Giovanni, Turkiye Fikir ve Kultur Dernegi E. ve K. S. R. Sonuncu ve 33. Derecesi Turkiye Yuksek Surasi, 24. Conference (The Turkish Society of Idea and Culture, 33rd degree, Turkey Supreme Meeting, 24th conference), Istanbul, 1973, hal. 107, (penekanan ditambahkan)
115 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes VI, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 78, (penekanan ditambahkan)
116 Dr. Selami Isindag, "Masonluk Ogretileri" (Masonic Doctrines), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 137
117 Tanju Koray, Mimar Sinan, 1992, No: 85, hal. 46, (penekanan ditambahkan)
118 Tanju Koray, Mimar Sinan, 1992, No: 85, hal. 49, (penekanan ditambahkan)
95 Mason Dergisi (Journal of Freemasonry), No. 48-49, hal. 67, (penekanan ditambahkan)
96 Dr. Selami Isindag, Kurulusundan Bugune Masonluk ve Bizler (Freemasonry and Us: From Its Establishment Until Today), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 274-275, (penekanan ditambahkan)
97 Dr. Selami Isindag, Kurulusundan Bugune Masonluk ve Bizler (Freemasonry and Us: From Its Establishment Until Today), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 274-275
98 Pocock, in; Edmund Burke, Reflections on the Revolution in France, ed. J. G. A. Pocock, Indianapolis: Hackett Publishing Company, 1987, hal. 33-38
99 Desmond King-Hele, Doctor of Revolution: The Life and Times of Erasmus Darwin, Faber & Faber, London, 1977, hal. 361
100 Henry Morris, The Long War Against God, hal. 178
101 William R. Denslow, 10,000 Famous Freemasons, vol. I. Macoy Publishing & Macoy Supply Co., Inc. Ricmond, Virginia, 1957, hal. 285
102 William R. Denslow, 10,000 Famous Freemasons, vol. I. Macoy Publishing & Macoy Supply Co., Inc. Ricmond, Virginia, 1957, hal. 285
103 Henry Morris, The Long War Against God, hal. 198. Order of the Illuminati, which was founded in Bavaria, Germany in 1776 was a kind of a Masonic lodge. The founder of the Illuminati, Dr. Adam Weishaupt, was a Jew. He enumerated the goals of the Order as follows: 1- To abolish all monarchies and regular governments, 2- To abolish the personal property and inheritance, 3- To abolish the family life and the marriage institution and to establish a communal education system for children, 4- To abolish all religions. (see, Eustace Mullins, The World Order: Our Secret Rulers, hal. 5; Lewis Spence, The Encyclopedia of the Occult, hal. 223)
104 Henry Morris, The Long War Against God, Master Books, April 2000, hal. 198
105 Pope Leo XIII, Humanum Genus, "Encyclical on Freemasonry," promulgated on April 20, 1984.(penekanan ditambahkan)
106 Henry Morris, The Long War Against God, hal. 60
107 For Huxley's Masonry, see (Albert G. Mackey. "Charles Darwin and Freemasonry." An Encyclopedia of Freemasonry, New York: The Masonic History Company, 1921, Vol. III.) Royal Society or with the full name The Royal Society of London for The Improvement of Natural Knowledge was founded in 1662. All the members of the society were all Masons without an exception. See, John J. Robinson, Born in Blood, hal. 285
108 For the support Royal Society gave to Darwinism, see Henry Morris, The Long War Against God, hal. 156-57
109 Anton Pannekoek, Marxism And Darwinism, Translated by Nathan Weiser. Transcribed for the Internet by Jon Muller, Chicago, Charles H. Kerr & Company Co-operative Copyright, 1912 by Charles H. Kerr & Company, (penekanan ditambahkan)
(http://www.marxists.org/archive/pannekoe/works/1912-dar.htm)
110 Dr. Selami Isindag, "Bilginin Gelismesinde Engeller ve Masonluk" (Obstacles in the Development of Knowledge and Freemasonry), 1962 Annual Bulletin of the Turkish Grand Lodge of Free and Accepted Masons hal. 44, (penekanan ditambahkan)
111 Francis Darwin, Life and Letters of Charles Darwin, Vol.II, from charles Darwin to J. Do Hooker, March 29, 1963
112 Fred Hoyle, Chandra Wickramasinghe, Evolution from Space, hal. 130, (penekanan ditambahkan)
113 Dr. Selami Isindag, Evrim Yolu (The Way of Evolution), Istanbul1979, hal. 141, (penekanan ditambahkan)
114 hal. M. Giovanni, Turkiye Fikir ve Kultur Dernegi E. ve K. S. R. Sonuncu ve 33. Derecesi Turkiye Yuksek Surasi, 24. Conference (The Turkish Society of Idea and Culture, 33rd degree, Turkey Supreme Meeting, 24th conference), Istanbul, 1973, hal. 107, (penekanan ditambahkan)
115 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes VI, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 78, (penekanan ditambahkan)
116 Dr. Selami Isindag, "Masonluk Ogretileri" (Masonic Doctrines), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 137
117 Tanju Koray, Mimar Sinan, 1992, No: 85, hal. 46, (penekanan ditambahkan)
118 Tanju Koray, Mimar Sinan, 1992, No: 85, hal. 49, (penekanan ditambahkan)
119 Neset Sirman, "Masonlugun Ilk Devirleri" (The
First Periods of Masonry), Mimar Sinan, 1997, No. 104, hal. 41,
(penekanan ditambahkan)
120 Naki Cevad Akkerman, "Politika ve Masonluk" (Politics and Freemasonry), Mimar Sinan, September 1968, No. 7, hal. 66-67
121 Daniel Willens "The Hell-Fire Club," Gnosis, no.24, Summer 1992, (penekanan ditambahkan)
122 For the relationship of Enlightenment and French Revolution with Masonry, see Harun Yahya, Yeni Masonik Duzen (New Masonic Order), hal. 203-215
123 Michael Howard, The Occult Conspiracy, hal. 69
124 Compterendu Gr. Or., 1903, Nourrisson, "Les Jacobins," 266-271; The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," NewAdvent,(http://www.newadvent.
org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
125 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org
/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
126 The Catholic Encyclopedia, http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm#VIII
127 Nur Safa Tekyeliban, "Taassuba Karsi Mucadele" (Struggle Against Bigotry): From the Speech of Brother Gambetta made on July 8, 1875 in Clémente Amitié LIIodge," Dogus Kolu Yilligi: Ankara Dogus Mahfili Çalismalari (Dogus Branch Yearbook: Ankara Dogus Society Studies) , 1962, Kardes Press, Ankara, 1963, hal. 19
128 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
129 Louis L. Synder and Ida Mae Brown, Bismarck and German Unification, New York, 1966,hal. 90-91, (penekanan ditambahkan)
130 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
131 Elbridge Colby,"In Hitler's Shadow: The Myth of Nazism's Conservative Roots," In Bad Faith?: Politics and Religion at Harvard, October 13, 1999
132 Alec Mellor, The Royal Arch Mason, Spring 1972
133 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm)
134 Michael Howard, The Occult Conspiracy, hal. 105
135 Stephen Knight, The Brotherhood: The Explosive Expose of the Secret World of the Freemasons, HarperCollins, 1985, hal. 33
136 Daniel Ligou, Dictionnaire de la Franc-Maconnerie, hal. 1064
137 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
138 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
139 Voice, Chr. 1889, II, 257 sq.; The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
140 "Masonluk Gucunu Yitiriyor mu?" (Is Freemasonry Losing its Power?), Nokta, October 13, 1985, vol. 40, hal. 30)
120 Naki Cevad Akkerman, "Politika ve Masonluk" (Politics and Freemasonry), Mimar Sinan, September 1968, No. 7, hal. 66-67
121 Daniel Willens "The Hell-Fire Club," Gnosis, no.24, Summer 1992, (penekanan ditambahkan)
122 For the relationship of Enlightenment and French Revolution with Masonry, see Harun Yahya, Yeni Masonik Duzen (New Masonic Order), hal. 203-215
123 Michael Howard, The Occult Conspiracy, hal. 69
124 Compterendu Gr. Or., 1903, Nourrisson, "Les Jacobins," 266-271; The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," NewAdvent,(http://www.newadvent.
org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
125 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org
/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
126 The Catholic Encyclopedia, http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm#VIII
127 Nur Safa Tekyeliban, "Taassuba Karsi Mucadele" (Struggle Against Bigotry): From the Speech of Brother Gambetta made on July 8, 1875 in Clémente Amitié LIIodge," Dogus Kolu Yilligi: Ankara Dogus Mahfili Çalismalari (Dogus Branch Yearbook: Ankara Dogus Society Studies) , 1962, Kardes Press, Ankara, 1963, hal. 19
128 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
129 Louis L. Synder and Ida Mae Brown, Bismarck and German Unification, New York, 1966,hal. 90-91, (penekanan ditambahkan)
130 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
131 Elbridge Colby,"In Hitler's Shadow: The Myth of Nazism's Conservative Roots," In Bad Faith?: Politics and Religion at Harvard, October 13, 1999
132 Alec Mellor, The Royal Arch Mason, Spring 1972
133 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm)
134 Michael Howard, The Occult Conspiracy, hal. 105
135 Stephen Knight, The Brotherhood: The Explosive Expose of the Secret World of the Freemasons, HarperCollins, 1985, hal. 33
136 Daniel Ligou, Dictionnaire de la Franc-Maconnerie, hal. 1064
137 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
138 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
139 Voice, Chr. 1889, II, 257 sq.; The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
140 "Masonluk Gucunu Yitiriyor mu?" (Is Freemasonry Losing its Power?), Nokta, October 13, 1985, vol. 40, hal. 30)