KLASIFIKASI TUMBUH-TUMBUHAN DALAM BAHASA JAWA (SEBUAH KAJIAN LINGUISTIK ANTROPOLOGIS)

Oleh: Suhandano
INTISARI
Disertasi ini merupakan kajian deskriptif mengenai klasifikasi tumbuhtumbuhan dalam bahasa Jawa. Studi dilakukan melalui pendekatan linguistik antropologis, yaitu mengkaji bahasa dalam konteks sosial budaya yang luas. Tujuannya ialah untuk mengetahui bagaimana penutur bahasa Jawa mengklasifikasikan tumbuh-tumbuhan di sekitarnya sebagaimana tercermin dalam bahasa mereka dan menafsirkan pandangan budaya yang melatarbelakangi pengklasifikasian tersebut. Selain itu, kajian ini juga bertujuan untuk mengetahui kesesuaian prinsip-prinsip umum klasifikasi dan tata nama folk biologi yang dikemukakan Berlin dkk. (1973) pada bahasa Jawa. Untuk mencapai tujuan tersebut, langkah pertama yang dilakukan ialah mendaftar atau menginventarisasi leksikon etnobotani dalam bahasa Jawa dan mencatat informasi yang berkaitan dengannya. Selanjutnya, dilakukan analisis
terhadap leksikon etnobotani hasil inventarisasi tersebut. Dari hasil analisis diketahui
bahwa secara garis besar klasifikasi tumbuh-tumbuhan dalam bahasa Jawa dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu klasifikasi taksonomi dan klasifikasi fungsional.
Klasifikasi taksonomi adalah pengelompokkan tumbuh-tumbuhan berdasarkan pada
kesamaan karakteristik fisiknya, sedangkan klasifikasi fungsional adalah
pengelompokkan tumbuh-tumbuhan berdasarkan pada fungsi atau manfaatnya. Selain
itu, terdapat pula jenis klasifikasi yang lain seperti klasifikasi berdasarkan umur
tumbuh-tumbuhan dan tempat tumbuhnya. Jenis-jenis klasifikasi tersebut tidak selalu
pilah, tumpang tindih antara klasifikasi yang satu dengan klasifikasi lainnya dapat
terjadi.
Dalam klasifikasi taksonomi nama tumbuh-tumbuhan dan kelompok
tumbuh-tumbuhan dalam bahasa Jawa dapat dipilah-pilah ke dalam enam kategori
etnobiologi yang selanjutnya dapat disusun ke dalam urutan berjenjang yang bersifat
hierarkhis taksonomis. Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip umum klasifikasi folk
biologi yang dikemukakan Berlin dkk. (1973), dengan catatan terdapat satu kategori
etnobiologi dalam bahasa Jawa yang belum dikemukakan oleh Berlin dkk., yaitu
kategori subvarietal. Data dalam bahasa Jawa juga memperkuat pernyataan Berlin
dkk. mengenai perlunya kategori antara (intermediate) dalam struktur taksonomi.
Tata nama dalam klasifikasi taksonomi tumbuh-tumbuhan dalam bahasa Jawa secara
garis besar juga sesuai dengan prinsip-prinsip umum tata nama folk biologi yang
dikemukakan Berlin dkk., dengan catatan pembedaan leksem primer menjadi leksem
primer yang produktif dan leksem primer tidak produktif kurang relevan dengan data
pada bahasa Jawa.
Secara fungsional tumbuh-tumbuhan dalam bahasa Jawa dibedakan menjadi
dua kelompok besar yang masing-masing diacu dengan leksikon tanduran
(taneÞman) dan theÞthukulan (teÞtuwuhan). Leksikon tanduran mengacu pada
kelompok tumbuh-tumbuhan yang sengaja ditanam atau dibudiyakan, sedangkan
leksikon theÞthukulan mengacu pada kelompok tumbuh-tumbuhan liar (tidak
ditanam). Suatu tumbuh-tumbuhan dibudidayakan apabila memiliki manfaat dalam
kehidupan manusia dan dibiarkan hidup liar apabila kurang bermanfaat. Leksikon
yang mengacu pada nama kelompok tumbuh-tumbuhan lebih banyak ditemukan pada
kelompok tanduran, terutama pada tumbuh-tumbuhan penghasil bahan makanan.
Dalam pada itu, juga ditemukan sejumlah leksikon khusus yang berkaitan dengan
tahap-tahap pertumbuhan, pembudidayaan, dan bagian tumbuh-tumbuhan.


ABSTRACT
This paper presents a description of plants classification in Javanese. The
description is presented within the framework of anthropological linguistics in which
the Javanese (in this case the lexicons of ethnobotany in the language) is analysed in
terms of its wider social and cultural context. The purposes of the study are to give a
comprehensive description of how Javanese people classify plants in their
environment as reflected on their language and to interpret cultural aspects that
underlie the classification. Besides that, the study is also intended to test the general
principles of classification and nomenclature in folk biology as proposed by Berlin et.
al. (1973) on Javanese data.
To obstain the objectives, the lexicons of ethnobotany in Javanese are
inventarised and then are analysed. The result is that there are two dominant types of
plants classification in Javanese: taxonomic classification in which plants are
classified based on their physical characteristic similarities and functional
calssification in which plants are classified based on their functional similarities.
Besides that, there are also other types of classification such as classification based on
the age of plants and the place where the plants grow. These types of classification,
however, are not clear cut.
Based on the degree of their physical characteristic similarities, plants in
Javanese are classified into six ethnobiological categories. The six ethnobiological
categories, then, can be arranged hierarchically to form the structure of
ethnobiological taxonomy. This agrees with the general principles of classification in
folk biology as proposed by Berlin et.al. (1973), with an additional ethnobiological
category, sub-varietal category. Moreover, a category (called intermediate) that
Berlin et.al. said “... may be required as further research is carried out...” is found in
Javanese so that Javanese data support the existence of this category in the structure
of ethnobiological taxonomy. The Javanese data also agree with the general
principles of nomenclature in folk biology as proposed by Berlin et.al. (1973), but the
distinction of primary lexeme into productive and unproductive primary lexeme
seems irrelevan on Javanese data.
In the functional classification, plants in Javanese are classified in to two
categories. The two categories are cultivated plants and uncultivated plants. The
cultivated plants are called tanduran (taneÞman) and the uncultivated plants are
called theÞthukulan (teÞtuwuhan). The cultivated plants are further classified, and
many categories are found in food plants. Besides that, there are also special lexicons
in Javanese that refer to phases of plant growth, cultivation activities, and parts of
plants.